Negara Rusia muncul setelah berakhirnya perang dingin, hal ini ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan juga runtuhnya negara Uni Soviet menjadi beberapa negara bagian, Rusia sering dianggap sebagai negara lanjutan dari Uni Soviet. Sistem pemerintahan yang dianut oleh negara ini adalah demokrasi federal namun hal ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Disebutkan bahwa kepala pemerintahan negara ini berlaku otoriter terhadap rakyatnya tidak hanya itu sistem kekuasaan sangat terlihat dalam menjalankan politik di negara ini. Selain itu Rusia juga dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam dan logam berharga yang menjadi penyumbang terbesar terhadap kas negara.
Dalam menjalankan sistem pemerintahannya Rusia menjalin kerjasama dalam berbagai bidang dengan negara lain, tidak hanya dengan negara yang berada di kawasan Eropa namun Rusia juga  menjalin kerja sama dengan negara-negara yang ada di Asia salah satunya yaitu Indonesia. Hubungan kerjasama Indonesia dengan Rusia sudah berlangsung sejak lama bahkan sudah mengalami pasang surut, hubungan ini terjalin sejak Uni Soviet masih berdiri bahkan peran Rusia dalam awal kemerdekaan Indonesia tidak dapat dipisahkan.Â
Salah satu hubungan baik yang terjalin yaitu ketika Uni Soviet mendukung penuh Indonesia untuk menjadi bagian dari PBB di awal kemerdekaannya. Selain itu hubungan baik ini semakin terlihat ketika Presiden Soekarno mengunjungi Uni Soviet untuk pertama kalinya, melalui kunjungan ini berhasil membuka kerjasama bilateral melalui kredit jangka panjang yang diberikan Uni Soviet terhadap Indonesia. Selain itu Uni Soviet juga pernah mengirimkan bantuan terhadap Indonesia dalam merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Hubungan baik ini tidak berlangsung cukup lama, pada saat Presiden Soeharto berkuasa di Indonesia hubungan kedua negara mengalami kemunduran hal ini karena sistem pemerintahan Soeharto yang lebih cenderung kepada blok barat. Seperti kita ketahui bahwa blok barat (Amerika Serikat) dan blok timur (Rusia) memiliki hubungan yang kurang baik. Setelah keruntuhan Orde baru hubungan Indonesia dan Rusia secara perlahan mulai membaik, yaitu ditandai dengan kunjungan kenegaraan yang dilakukan Megawati yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden Indonesia dimana melalui kunjungan ini berhasil menandatangani deklarasi hubungan persahabatan dan kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia pada abad ke-21.Â
Deklarasi ini membahas sejumlah kesepakatan seperti kerjasama dalam bidang militer, perbankan, dan teknologi ruang angkasa. Sampai saat ini hubungan antara Indonesia dan Rusia masih terjalin dengan baik hal ini terlihat melalui kerjasama dalam bidang politik, hukum dan keamanan, pada Desember 2021, Menko Polhukam RI dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Indonesia dan Rusia di bidang Keamanan Informasi Internasional.
Saat ini kita ketahui bahwa Rusia sedang terlibat konflik dengan negara Ukraina, kedua negara ini merupakan negara bekas pecahan Uni Soviet. Konflik ini cukup menarik perhatian dunia internasional bahkan banyak negara yang mengecam Rusia dalam konflik ini, hal ini terjadi karena tindakan Rusia kepada Ukraina yang dianggap terlalu berlebihan sehingga hal ini menyebabkan banyak negara yang mencoba ikut campur dalam konflik tersebut. Dalam konflik ini Rusia memberikan peringatan kepada negara lain untuk tidak ikut campur atau membantu Ukraina karena Rusia menganggap bahwa konflik ini adalah urusan kedua negara.Â
Konflik ini menyebabkan beberapa negara mengancam memutuskan hubungan kerja sama dengan Rusia, namun hal tersebut tidak membuat Rusia untuk mundur dari konflik yang ada. Meskipun banyak negara yang mengacam untuk putus hubungan dengan Rusia namun hal ini tidak berlaku bagi Indonesia. Negara Indonesia tetap menjalin kerjasama dengan Rusia namun untuk masalah konflik Rusia dan Ukraina, Indonesia hanya berusaha menjadi jembatan perdamian bagi kedua negara hal ini dilakukan karena Indonesia memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas aktif yang tidak dapat memihak pada kubu manapun.
Disaat dunia internasional mengecam perbuatan Rusia, Indonesia tetap berpegang teguh dengan prinsipnya yaitu bersikap netral, hal ini terlihat ketika Indonesia mengundang Rusia dalam acara "Group of Twenty" ( G20 ) acara ini merupakan pertemuan negara-negara dengan perekonomian yang besar bahkan Uni Eropa juga masuk sebagai organisasi anggota. Dalam hal ini Vladmir Putin sebagai presiden Rusia mengkonfirmasi bahwa Rusia akan hadir dalam pertemuan tersebut yang akan di laksanakan di Bali pada bulan November mendatang.Â
Meskipun konflik Rusia dan Ukraina belum ada titik temu untuk mencapai kata damai namun hal ini tidak dapat mempengaruhi hubungan Indonesia dan Rusia terutama dalam kerjasamanya, Indonesia tetap menjalin kerjasama dan memperkuat hubungannya dengan negara beruang merah tersebut. Dampak yang dirasakan oleh Indonesia dari konflik ini adalah kenaikan harga minyak yang diikuti oleh melambungnya harga barang pokok lainnya, hal ini tidak dapat dipungkiri karena tidak hanya Indonesia namun dunia internasional juga turut merasakan dampak yang sama karena seperti kita tahu bahwa Rusia merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di Dunia dan ketika Rusia menghentikan ekspor minyaknya maka dunia Internasional akan terdampak. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H