Nama saya Dafi, saya tinggal di permukiman padat penduduk, suasana yang sangat padat dan bising ditengah Ibu Kota. Disebagian orang pasti tidak pernah menginjakkan kaki disini. Namun, aku hampir tiap hari menginjakkan kaki disini.Â
Terkadang, sempat berfikir andai aku tinggal di tempat yang nyaman dan tenang menikmati Ibu Kota yang sejuk dan indah, suasana yang nyaman, bersih, rumah tertata rapih. Tapi, ah! Itu semua hanya khayalanku saja, buktinya aku masih disini bersama mereka yang berlalu-lalang ramai dan bising.Â
Tak semua Ibu Kota bersih dan indah, tak semua kota tertata rapih disini. Di sudut kota Jakarta masih banyak pemukiman yang tidak layak huni.
Pada suatu hari kuliah ku semester 7, dan sudah mulai magang. Kebetulan ditempatkan di instalasi kependudukan disalah satu Kota Jakarta Selatan. Suatu siang, duduk kami bertiga bersama petinggi jabatan. Sebut pak Hendrik dan pak Andry.Â
" pak Hendrik, maaf sebelumnya, bagaimana pembangunan di Jakarta tidak merata". tanyaku kepada pak HendrikÂ
"maksudnya bagaimana? ". jawabnya
" begini pak, di Jakarta masih banyak perkampungan kumuh dan tidak terawat. Kenapa tidak dibangun atau ditata agar lebih tertib dan bersih? ". aku pun melontarkan pertanyaan yang lebih detail ke pak Hendrik
" ohh itu, kalau dari pemerintahan sudah sangat membangun, salah satu contohnya mendirikan rusun siap huni, dan sudah melarang penduduk atau pendatang agar tidak mendirikan bangunan di pinggir rel kereta dan kali ". jawab pak Hendrik
" apa ada solusi lain pak ? Sepertinya ktu kurang efektif". Aku pun kembali bertanya lagi
" semua tergantung masing-masing individu, kalau pemerintah berupaya sebaik mungkin. Namun, mereka kurang kesadaran". Jawabnya
Jadi saya mempunyai kesimpulan, tertata rapih, tidak bersih atau tidak, tergantung dari individu masing-masing. Karena disini masih banyak yang belum sadar apa arti kebersihan untuk hidup.Â