Contohnya saja McDonald's di Indonesia. Berbagai menu khas negara tanah air ini mampu disediakan olehnya, mulai dari burger dan ayam rasa rendang, gulai, sate, nasi uduk, ayam kremes, hingga ice cream nya pun disediakan rasa putu ayu dan es doger. Tidak hanya di Indonesia, McDonald's pun menyesuaikan cita rasa dengan berbagai negara lainnya seperti Korea, Jepang, Brazil, Scandinavia, dan masih banyak lagi.Â
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah McDonald's punya risiko di mana produknya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat lokal? Tentu punya. Bukan hanya McDonald's yang menghadapi hal ini, melainkan setiap perusahaan, ketika mulai memasarkan suatu produk baru, kejadian risiko untuk ditolak oleh pasar pasti muncul. Namun dengan adanya global mindset yang kuat untuk menarik pasar internasional, hal tersebut menjadi implementasi yang luar biasa oleh McDonald's dan tentu dapat menjadi teladan bagi perusahaan lain untuk belajar dan diterapkan.
We must ensure that the global market is embedded in broadly shared values and practices that reflect global social needs, and that all the world's people share the benefits of globalization. - Kofi Annan
REFERENSI
https://klasika.kompas.id/baca/global-mindset/
https://ardanakonsultan.com/artikel/membangun-global-mindset/
https://www.academia.edu/4161156/Mcdonalds_case_revised
https://koinworks.com/blog/ilmu-bisnis-dari-mcdonald/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H