Pagi hari di rumahku,
sekitar pukul lima, ibu tak pernah lupa membuka pintu ruang tamu.
Pergilah ia ke warung yang jaraknya terbelah dua rumah.
Ibu selalu membawa uang kertas atau logam di kantong bajunya,
lalu menukar dengan segenggam plastik hitam yang ia bawa pulang.
Sesampai di rumah, ibu langsung sajikan makanan di ruang tengah.
Menu pagi ini adalah serabi, tak lupa pasangan abadi: gorengan
mau tempe, tahu atau lebih sering dengan bakwan.
Lalu, ibu cepat menjejerkan makanan untuk sarapan.
Tak lupa juga, ada kopi panas untuk ayah, susu coklat untuk adik
dan teh hangat untukku. Ibu lebih menyukai air bening.
Pagi hari di rumahku,
sekitar pukul enam, rumah tidak akan sepi
banyak kata yang kami tukar, tentang sapa pagi,
suara televisi, mimpi semalam, atau perihal apa saja.
Begitulah pagi di rumahku, selalu ramai oleh kasih sayang.
Hingga barulah sekitar pukul tujuh, kami pakai seragam yang beragam,
lalu bertandang ke tempat-tempat  tujuan.
Rumah ditinggal, mengendap sunyi dalam keadaan terkunci,
rumah akan ramai lagi, jika kami pulang dan mulai berbincang-bincang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H