Engkau sering kali pergi tiap pagi
pukul lima mengayuh sepedah dipapah usia,
mereknya sudah tak terbaca, juga tak jarang
di tengah jalan kau sengaja berhenti
membenarkan rante sepedah, menahan aspal jalan
karena remnya sulit dikendalikan.
Dengan rupa istri, kau terobos kabut yang menyulut
kulit-kulit penuh kerut,
dengan mengingat tiga anak jelang dewasa,
kau kayuh sepedah tanpa sandal maupun sepatu untuk berpacu
hanya satu yang kau ingat, sedikit menyayat namun rekat di benak;
"Pak, anak-anakmu ingin sarjana."
Kuningan, 5 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H