Kehidupan yang semakin modern, membuat perilaku manusia menjadi semakin konsumtif, sehingga banyak sumber daya alam yang dipergunakan setiap harinya. Pemakaian sumber daya alam berlebihan yang di biarkan secara terus-menerus, tentunya dapat merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan semua makhluk hidup di masa depan. Sebagai penghuni planet bumi, kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita semua, yang wajib di upayakan guna kesejahteraan kita dan anak cucu kita kelak. Jangan sampai kita menjadi orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri, yang malah memaksimalkan penggunaan sumber daya alam sejak dini, tanpa memikirkan bagaimana dampaknya untuk masa depan nanti.
Disinilah peran Sustainable diperlukan untuk memperhitungan bagaimana manusia bisa hidup harmoni dengan alam, guna melindungi bumi dari potensi kehancuran. Hal ini tentunya harus di mulai dari diri kita sendiri dengan cara konsisten mengubah gaya hidup kita sehari-hari, yang mana tanpa kita sadari berpotensi merusak ekologi alam. Oleh karena itu, kita harus mampu menyesuaikan diri untuk bertahan hidup tanpa merusak ekologi, dengan berupaya berpikir kreatif mengganti hal yang berpontesi merusak lingkungan dengan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan sumber daya alam untuk dapat merecharge diri mereka terlebih dahulu.
Banyak kegiatan sustainable yang sebenarnya dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti menjaga air, menghemat energi, mengurangi limbah, menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang, membatasi atau menghilangkan penggunaan plastik, menggunakan transportasi yang berkelanjutan, dan melindungi flora dan fauna. Semua hal ini, sepertinya terdengar mudah untuk dilakukan, tapi ternyata sulit untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari, terutama di zaman modern yang menyukai gaya hidup praktis dan serba instan.Â
Rasa malas dan takut repot membuat orang abai akan kesehatan lingkungan, meskipun sudah mengetahui dampak untuk kedepannya nanti. Saya sendiri mungkin belum bisa mempraktekkan semua hal yang bisa diterapkan untuk mencapai masa depan lingkungan sustainable, tetapi yakinlah semua orang pasti bisa, bila ada kemauan dan tentunya lakukan secara konsisten agar kelak menjadi kebiasaan. Berikut beberapa kegiatan sustainable yang sebenarnya tidak terlalu sulit dilakukan dan saya sendiri sudah melakukannya:
Tidak Membuang-buang Makanan
Berdasarkan databoks, dari tahun 2000-2019, sampah makanan yang dihasilkan oleh Indonesia berkisar 23-48 juta ton per tahun, sedangkan jika dihitung secara ekonomi nilai sampah makanan yang terbuang di Indonesia berkisar 213 triliun-551 triliun per tahun. Dari data tersebut, bisa dilihat tidak hanya sumber daya makanan yang terbuang sia-sia, tetapi ada juga kerugian materi yang di dapat.Â
Agar tidak terjadi pemborosan makanan, yang berakibat makanan terbuang sia-sia, biasanya saya mengupayakan belanja bahan makanan sesuai kebutuhan. Mengatur bahan makanan yang lebih cepat rusak, seperti sayuran hijau untuk di masak terlebih dahulu. Memasak dengan tidak berlebihan. Menjadikan ampas jus buah sebagai pupuk alami, ampas jus sayuran menjadi kuah kaldu.
Memakai Produk yang Sustainable
Pakailah produk yang bisa di pakai secara berulang. Usahakan menghindari produk sekali pakai, seperti mengganti sedotan plastik dengan sedotan aluminium/stainless steel yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga lebih baik bagi kesehatan. Saya sendiri ketika sedang tidak di rumah, selalu membiasakan membawa alat makan dan botol minuman sendiri, guna mengurangi sampah plastik. Biasakan membawa tas kain untuk berbelanja, meskipun di beberapa tempat masih menyediakan plastik, baik diberikan secara gratis, maupun berbayar.
Selain itu, sebisa mungkin kurangi penggunaan tisu. Meskipun penggunaan tisu memang lebih praktis dalam kehidupan sehari-hari, tapi harus kita ketahui, WWF memperkirakan untuk memproduksi tisu dibutuhkan sekitar 270.000 pohon yang ditebang setiap harinya, yang akhirnya hanya berujung di tempat sampah. Kita bisa mengganti penggunaan tisu dengan kain, sapu tangan, maupun handuk. Jika benar-benar membutuhkan tisu, kita bisa memilih tisu yang ramah lingkungan.