Mulut Mpok Salamah, istri Bang Koim, tukang Mie Ayam yang mangkal di bawah pohon Jamblang yang sangat rindang itu masih juga nyerocos, meski Bang Koim sudah mengingatkan agar perempuan yang dinikahinya pada usia 16 tahun itu segera menyudahi omelannya.
"Brenti napa! Ngomel mulu! Lagi ada orang makan, nih! Kagak sopan, tauk!" ujar Bang Koim.
"Lagian ngeselin banget, tuh orang! Dasar! Terong-terongan!"Â keluh Mpok Salamah.
"Terong-terongan?! Maksud elo, juragan terong?! tanya Bang Koim.
"Keren, kalau juragan, mah! Ini mah, klas kampret! Empet gua! Laki-laki tapi mulutnya kayak emak-emak!"Â jawab Mpok Salamah dengan sewot.
***
Terong-terongan? Sering mendengar istilah itu tapi saya tak pernah tertarik untuk mencari tahu maknanya secara serius.
Tapi siang itu, saya mendapatkan makna terong-terongan secara tak sengaja. Tentu saja arti terong-terongan versi Mpok Salamah.
Sementara, menurut gaulpedia, terong-terongan digambarka sebagai pria dengan berjaket gombrong, bertopi model woles dan perilakunya cenderung gemulai. Kabarnya, keberadaan terong-terongan untuk mengimbangi populasi spesies cabe-cabean.
Mudah-mudahan tak ada di sini. Kalaupun ada pria bermulut emak-emak, yang suka usil terhadap urusan orang lain, boleh jadi itu hanyalah sambel terong yang secara tak sengaja terperangkap ke dalam tubuh pria dimaksud.