Tiba-tiba ada semacam palu godam yang menghantam kepala saya. Meski tak remuk, namun hantaman itu mampu membuat saya menjadi malas bicara, bahkan bernafas. Detak jantung saya menjadi lebih cepat dari biasanya. Bahkan semakin cepat. Dada saya serasa retak-retak. Di dalamnya seperti ada helikopter yang hendak mendarat. Bergemuruh.
Yang saya rasakan kemudian, hidup ini terasa sangat membosankan. Anehnya, kendati membosankan, saya tak ingin mati seketika itu juga, tak hendak. Saya baru akan mati bila situasi dan kondisinya sudah sangat memungkinkan, sehingga saya akan mati dengan nyaman.
Saya pikir, apa yang saya rasakan itu tak perlu terjadi bila saya tak menyaksikan secara langsung, seperti apa akrobatik politik yang dipertontonkan oleh para maniak politik demi memenuhi birahinya.
Hampir pasti tak hanya saya yang menyaksikan pertunjukan TONIL dari ruang Sidang Paripurna yang sangat menyita perhatian itu. Tak hanya saya yang merasakan, betapa jungkir balik politik yang penuh intrik itu begitu arogan dan menjijikkan. Ruang Sidang Paripurna yang mustinya untuk menggelar musyawarah mufakat berubah menjadi panggung sandiwara kolosal, saling jegal.
Yang lebih menyedihkan, sempat tersiar kabar bahwa akan ada boikot atau penjegalan acara pelantikan Presiden terpilih yang akan dilangsungkan pada 20 Oktober '14. Bahkan ada salah seorang tokoh yang bersumpah akan menghambat pemerintahan presiden terpilih periode 2014 - 2019 yang ia nyatakan melalui media Internasional Wall Street Journal, Selasa 7 Oktober '14.
Namun, menyadari gejolak, keresahan serta kekhawatiran masyarakat, para Ketua Wakil Rakyat itu kemudian membuat terobosan dengan menyambangi Presiden terpilih guna meyakinkan bahwa acara pelantikan Presiden akan berjalan sebagaimana mustinya.
Maka, tingginya suhu politik yang setara dengan teriknya panas musim kemarau itu berangsur turun, sehingga suasana kian terasa sejuk. Apalagi, Presiden terpilih juga melakukan hal yang sama, dengan melakukan rekonsiliasi kepada lawan-lawan politiknya. Langkah ini dinilai positif sehingga apa yang dikhawatirkan masyarakat dapat diredam.
Ada semacam palu godam yang tiba-tiba menghantam kepala saya. Hantaman itu membuat saya malas bicara, bahkan kemudian hidup ini terasa sangat membosankan. Jantung saya berdegub kencang. Dada saya terasa retak-retak. Di dalamnya seperti ada sebuah helikopter yang sedang mendarat. Duh!
- Selamat sore Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H