Mohon tunggu...
cindelaras 29
cindelaras 29 Mohon Tunggu... -

Makhluk kurus kecil yang lahir pada 29 Mei 1983 itu menangis kedinginan. Oleh kedua Orang Tuanya, jabang bayi yang masih merah itu diberi nama Cindelaras. **Salam kenal untuk: Pilot, Co Pilot & Crew serta seluruh penumpang pesawat luar angkasa KOMPASIANA. Assalamualaikum WW**

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Iklan Iklan Menyebalkan

8 November 2014   00:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah penampang layar kaca, "pria gemulai" mengangkat lengan tangannya tinggi-tinggi. Sambil mengulum senyum mesum, dengan bangga ia memamerkan ketiaknya kepada pemirsa televisi di seantero negeri. Adegan berikutnya, pria lain ber"haha-huhu" di depan kipas angin seperti mengigau. Di akhir durasi, seorang wanita bergumam seraya tertawa lirih:

"Hm, lucu juga!"

Lucu? Apanya yang lucu?! Lucukah untuk kategori sebuah IKLAN maskapai penerbangan komersial? Yang pasti bukannya lucu, tapi menjijikkan!

Lain lagi dengan iklan obat batuk. Iklan ini menampilkan seorang artis yang sedang batuk namun dilakukannya dengan sangat ekstrem, persis seperti gonggongan seekor anjing. Si pembuat iklan rupanya hendak menegaskan bahwa obat batuknya mampu mengusir atau menyembuhkan gangguan batuk, betapapun hebatnya.

Sayang, penampilan iklannya tak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi. Asal membuat iklan tanpa memperhitungkan unsur kepatutan. Bagaimana dengan, seandainya iklan batuk ekstremnya itu muncul bersamaan dengan para pemirsa yang sedang bersantap?

Padahal tak sedikit tampilan iklan yang sangat elegan. Bahkan ada beberapa iklan yang hanya mengandalkan alunan lagu-lagu yang sempat menjadi hit atau melegenda namun terbukti lebih mengena di mata, hati dan telinga pemirsa.

Intinya, iklan tak hanya sekedar tampil atau meluncur begitu saja, namun hendaknya juga harus mempertimbangkan etika, bahkan estetika. Jangan sampai, iklan yang diharapkan akan dapat menarik simpati malah menimbulkan antipati.

- Selamat sore Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun