Mohon tunggu...
cimut cimut
cimut cimut Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu Rumah Tangga yang menyempatkan diri menulis pengalaman dan pikirannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita dijajah pria sejak dulu...

31 Januari 2010   05:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip sepenggal syair dalam lagu sabda alam, menjadi inspirasi dalam tulisan saya kali ini.

Menurut suami saya, Perbedaan Pria dan wanita kurang lebih sama dengan perbedaan manusia dan simpanse ( tanpa menyebut siapa yang menjadi simpanse).  Apakah benar begitu? Hasil penelitian para ahli banyak yang menyimpulkan pria dan wanita itu memang berbeda. Letak perbedaan bisa dilihat dari cara berpikir dan bertindak masing-masing jender. Tetapi apakah perbedaan  bisa mengakibatkan yang satu ( baca: pria) bisa menjajah yang lain?

Sebelum menikah saya merasa jenderisasi adalah produk dari laki-laki. Wanita di cekoki dengan segala macam ketidakmampuan sehingga dia merasa betul-betul tidak berdaya padahal sebenarnya dia mampu. Sedangkan pria merasa dengan kekuatan absolutnya atas wanita bisa (merasa) diatas kemampuan wanita. Waktu itu saya berusaha membuktikan bahwa wanita dan pria asalkan mendapat kesempatan yang sama bisa mencapai prestasi yang sama pula.

Setelah menikah dan dikaruniai anak, saya mendapat pandangan baru,  perlahan saya mulai mempercayai kodrat seorang wanita, yaitu menjaga anak yang sudah dikaruniakan dan menjadi abdi bagi suami yang telah menafkahinya. Hal ini timbul dari rasa sayang dan cinta kepada keluarga. Tetapi dalam menjalani paradigma baru ini banyak hal yang menjadikan paradigma ini tidak seindah warna aslinya (mengutip tag sebuah iklan).

Keikhlasan wanita untuk menggawangi keluarga seringkali hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, contoh jika seorang wanita membersihkan rumah, merawat anak, mencuci piring maka itu adalah hal yang biasa bagi wanita, tapi jika seorang pria membersihkan rumah, merawat anak, mencuci piring maka pria itu adalah pria yang hebat. Padahal jika semua wanita menginginkan porsi kesempatan yang sama dengan pria apa yang akan terjadi dengan keluarga-keluarga? Mengurus anak, mengajarkan hal-hal yang baik tentang kehidupan, menjalin ikatan keluarga, mengurus rumah adalah hal-hal yang pasti ada dan  harus dilakukan jika ingin mempunyai keluarga yang utuh. semua itu harus dikerjakan, jika ibu tidak melalukan maka akan didelegasikan ke ayah. di titik ini apakah para pria sadar bahwa apa yang telah dilalukan istrinya adalah bentuk keikhlasan agar sang suami dapat maju dan mencapai cita-cita, mendapat tempat di masyarakat, mendapat kekaguman dari anak-anaknya dan prestasi lain yang biasanya pria akan merasa dicapai oleh dirinya sendiri.

Pandangan yang ada dimasyarakat yang menempatkan pria harus bekerja menafkahi keluarga dan wanita dirumah merawat keluarga, jika sebaliknya jangan heran bila timbul "bisik-bisik tetangga" padahal bisa jadi keluarga tersebut baik-baik saja dengan keadaan tersebut.

Pada tulisan ini saya hanya ingin mengingatkan para pria ( baca : para suami) agar jangan menganggap wanita (baca: istri) adalah bawahan yang bisa dieskploitir. Kami adalah rekan kerja anda, bukan saingan anda. Kalau ternyata ada wanita ( baca : istri) lebih berpotensi dari anda, jangan langsung bereaksi negatif dan menganggap hal itu sebagai ancaman atas kekuasaan absolut anda dalam keluarga dan ancaman atas kenyamanan yang anda nikmati?  ( contoh : jika anda adalah seorang penggila bola dan sering tidur larut malam, suatu ketika istri anda juga terkena demam bola dan berlaku sama dengan anda sehingga lupa mengurus anak tetapi Ia menjadi lebih populer karena pengetahuannya, apakah anda akan rela?).

Apa yang anda raih saat ini sedikit banyak hasil sumbangsih dari wanita-wanita terdekat anda ( baca : istri, ibu, adik). Anda tidak akan menjadi Anda yang sekarang jika tidak ada wanita mau berkorban untuk anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun