Ditulis oleh: Fadhli Rizal Makarim, CIMSA lokal Universitas Islam Sultan Agung
Yah sudah sekitar 2 tahun yang lalu ketika saya pernah memiliki pengalaman dengan seorang yang hidup dengan kanker. Dan di world cancer day ini saya ingin membagi pengalaman ini semoga bisa menjadi empowerment bagi semuanya .
Sahabat saya dulu memiliki ibu yang hidup dengan kanker selama kurang lebih 3 tahun. Ia diketahui mengidap kanker rahim. Karena saya sudah dekat sekali dengan sahabat saya, sering saya sekedar main ke rumahnya untuk sekeder melepas lelah atau sekedar berbagi canda. Suasana keluarganya yang begitu akrab membuat saya nyaman untuk sering bermain kerumahnya. Waktu itu yang saya ketahui tidak ada masalah kesehatan dengan keluarga tersebut apalagi penyakit kanker. Saya mengetahui Ibu sahabat saya mengidap kanker ketika ia sering bolak balik untuk menunggu ibunya kemoterapi di rumah sakit, dan saya mencoba menyempatkan waktu untuk menjenguk juga. Dan lebih mengagetkan lagi ketika mengetahui bahwa kankernya sudah berada dalam stadium lanjut. Seperti terasa begitu cepat ketika dalam beberapa tahun saja sudah ada pertumbuhan sel kanker begitu cepat. Sejak saat itu sang ibu mengambil cuti dari kantornya dan memutuskan untuk sebisa mungkin berada dirumah dan istirahat. Praktis tidak banyak yang bias dilakukan ketika berada di rumah, hanya berdiam diri, menonton televisi sembari menunggu anak-anaknya pulang dari sekolah. Dan sekitar 8 bulan kemudian sepertinya kanker telah bermetastasis sampai pada organ-organ lain, karena sang ibu mengeluh ada masa keras disekitar abdomen. Ternyata memang benar setelah melakukan pemeriksaan lagi ternyata memang kanker tersebut telah bermatastasis sampai ke bagian hati. Sempat sang ibu melakukan beberapa kali kemoterapi saat itu. Sampai pada titik terendah ketika sang dokter yang merawat ibu ini dari awal mengatakan bahwa seluruh cara kedokteran yang ada sudah dilakukan pada sang ibu dan belum ada yang menunjukan perubahan ke arah positif , sang dokter angkat tangan untuk dapat menyelesaikan masalah kanker ini dan menyarankan untuk segera ikhtiar ke cara lain seperti pengobatan alternatif. Berita ini sebenarnya membuat beberapa orang shock, seperti saya, tetapi sahabat saya mencoba untuk tegar dan selalu melakukan ikhtiar pada setiap cara yang ada. Tetapi ternyata posisi ini juga tidak bertahan lama, sampai ketika penderita berada dalam titik terendah dimana ia begitu benar-benar pasrah dengan semua yang akan terjadi padanya, seperti ia bisa meramal kapan waktunya akan tiba. Dan sejak saat itu tidak banyak usaha yang dilakukan, malah cenderung membiarkan apa yang terjadi. Hingga akhirnya sang ibu meninggal karena kanker stadium akhir yang sudah bermetastasis ke beberapa organ di perut. Sejak saat itu saya merasa bahwa penderita kanker butuh ekstra dorongan semangat sampai akhir apapun yang akan terjadi nanti.
Ketika berada dalam dunia kedokteran saya mendapat ilmu dari kuliah dosen patologi anatomi saya bahwa memang saat ini pengobatan yang dapat menghilangkan kanker secara pasti memang belum ditemukan. Tapi hal tersebut tidak memustahilkan bahwa kanker bisa sembuh. Karena dosen saya pernah berpengalaman menyembuhkan seorang kanker hanya dengan placebo! Â Ketika saya bertanya kenapa bisa seperti itu ternyata dosen saya hanya memberi kan keyakinan bahwa jika ia yakin kanker yang ada di tubuhnya bisa sembuh maka ia akan sembuh. Dan memang benar keyakinan itu yg membuat penderita itu sembuh walaupun tanpa melakukan kemoterapi sekalipun. Ajaib memang, tapi ini nyata , ketika sugesti dapat meningkatkan self-defending dari tubuh kita lebih dari biasanya dan meningkatkan jumlah sel natural killer alami dari tubuh kita yang diketahui dapat membunuh sel kanker.
Dan didapatkan pula banyak cerita dari layar televisi saat itu ada penderita kanker yang sudah dalam stadium lanjut bisa sembuh dan hidup normal layaknya manusia pada umumnya. Ketika ditanya kenapa bisa seperti itu ternyata memang semangat menggebu-gebu mereka untuk sembuh sepertinya yang membedakan satu dengan penderita kanker lain. Menumbuhkan keyakinan bahwa kanker ditubuhnya juga dapat hilang itu juga yang mereka lakukan agar bisa sembuh.
Menurut saya sebenarnya ketika penderita divonis mengidap kanker sejak saat itulah sebenarya perlu ditumbuhkan sugesti yang kuat dan semangat membara sampai kapanpun itu. Ketika seorang penderita sudah sangat putus asa akan kelangsungan hidupnya sebenarnya itulah yang harus benar-benar kita support menumbuhkan selalu keyakinan bahwa ada masih ada secercah harapan untuk sembuh. Karena selama jantung mereka masih berdetak saat itu mereka masih memiliki hak untuk hidup. Ketika ada seorang yang mengatakan bahwa hidup seorang penderita kanker telah berakhir, hell yeah man, mereka bukanlah Tuhan yang menentukan masa hidup kita, tetaplah bangun semua semangat dan keyakinan bahwa kanker bisa sembuh dengan cara apapun itu Tuhan akan memberinya . Keep stand up and do something for cancer , guys !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H