"Saat ini, kunci dari kepemimpinan yang sukses adalah pengaruh, bukan wewenang."
- Kenneth Blanchard
Pemimpin yang memberikan pengaruh kuat di lingkungan sosial mayoritas akan dikenang sepanjang masa. Pemimpin yang baik hadir sebagai solusi dari polemik yang ada dalam eksternal maupun internal masyarakat serta mempu merealisasikan ekspetasi yang ingin ditamsilkan.
Gunayden, Samsun memberikan sinar mataharinya yang begitu hangat di hari rabu ini. Sebagai kota yang ramah disabilitas, dalam perjalanan penulis menuju kampus, dia melihat seorang lelaki paruh baya berkursi roda dengan santainya menyebarangi jalan yang sedang ramai lalu lintas. Seketika pranalar Indonesia terbayang di benak penulis, masyarakat disabilitas yang secara garis besar belum bisa mendapatkan akses yang linier dengan orang lain cukup mengernyitkan dahi. Namun apalah daya, power yang diampu penulis sebagai mahasiswa masih sangat terbatas.Â
Namun ini akan menjadi catatan penting bagi kita bersama sebagai bentuk evaluasi kesejahteraan sosial. Di Samsun, tidak banyak orang yang menggunakan sepeda motor. Tidak sedikit pula masyarakat yang menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi sehari-hari. Tentu hal ini juga dinilai sangat baik, selain terhindakannya macet di jalanan, penggunaan transortasi umum turut meminimalisir polusi udara. Dan terkadang, beberapa kali penulis melihat beberapa orang menaiki skuter sebagai pengganti sepeda motor.
Kali ini, penulis sit in di kelas yang sangat bertolak belakang dengan program studi yang diampu (prodi penulis adalah hukum tata negara), yakni kelas kedokteran. Sepanjang proses pembelajaran berlangsung, penulis tertegun dan hanya mendapatkan hikmah. Walaupun tidak memahami materi yang disampaikan, penulis begitu takjub melihat sikap dari para mahasiswa yang sangat aktif di kelas. Konsep 'belajar sebelum belajar' sepertinya diaplikasikan dengan baik oleh mahasiswa Ondokuz Mayis University.
Selesai kelas, penulis berkeliling di kawasan kampus. Selang beberapa langkah saja, patung yang berdiri tegak di depan Fakultas Kedokteran memikat hati penulis. Awalnya, penulis mengira bahwa patung tersebut merupakan tokoh terkenal di bidang kedokteran. Tapi ternyata, sosok itu adalah presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Penulis terdiam dan sontak tercenung. Samsun seperti kota yang fanatik terhadap Ataturk. Karena ini bukan kali pertamanya seorang presiden yang begitu dielu-elukan oleh masyarakat. Sepanjang jalan di Samsun yang bersih, penulis tidak melihat tokoh yang ditonjolkan kecuali Mustafa Kemal Ataturk. Seisi ruangan di kampus, mulai dari hall, lorong-lorong, hingga beberapa ruangan dekan pasti menggantungkan foto bapak sekularisme ini. Sejau informasi yang didapatkan oleh penulis terkait presiden pertama Turki memang terkesan miring. Namun nyatanya, beliau sangat diagungkan di Kota Samsun.
Analisa sosial yang dilakukan penulis mengingatkan pada hasil pemilu Turki tahun 2023 yang mana Erdogan dengan faham islamismenya hanya menang tipis dari rivalnya, Kilicdaroglu yang ingin menggaungkan sisi sekular seperti yang dilakukan Ataturk dengan persentase 52,14 persen dan 47,86 persen. Tertumbuklah pandangan bahwa masih banyak masyarakat Turki yang merindukan sosok Ataturk. Seberapa besarkah pengaruh Ataturk di Turki? Apakah Samsun merupakan salah satu kota yang memberikan sumbangsih terbesar demi kebangkitan sekularisme di negara Turki?
Wallahu a'lam