"Kita harus berhenti memikirkan individu dan mulai memikirkan apa yang terbaik untuk masyarakat."Â
- Hillary Clinton
Aspek individualistik apabila terus berdiri secara statis tanpa adanya irisan dengan masyarakat secara bersamaan akan menghancurkan individu itu sendiri. Sisi alienasi ataupun mengenyampingkan keinginan pribadi demi mendahulukan kepentingan bersama memang harus menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia. Karena kita adalah zoon politicon, ataupun makhluk politik yang pasti saling bergantung antara satu dengan yang lain.
Hari ke-dua di Kota Samsun, hari yang tentu saja diawali dengan pembelajaran di kelas Ondokuz Mayis University (OMU) seperti biasanya dengan kawalan materi research atau penelitian. Kelas berjalan cukup aktif dan kondusif. Setelah kelas, disinilah main poin kegiatan pada hari ini, library tour.
Visualisasi perpustakaan Universitas Ondokuz Mayis sekilas terlihat biasa saja, hanya saja di bagian depan terpampang arca para cendikiawan dunia yang cukup menarik perhatian. Namun, semakin masuk ke dalam, berlian dari bangunan tersebut semakin menenangkan mata. Di dalam perpustakaan terdapat ruangan dengan buku bacaan serta komputer khusus bagi civitas akademika kampus yang mengalami disabilitas. Dan juga di sepanjang lorong, guiding block pasti tersedia. Benar-benar kampus yang ramah disabilitas. Di sisi lain, terdapat pula ruang baca bagi anak-anak. Dan buku yang disediakan tidak hanya cerita anak maupun cerita rakyat, tapi juga disajikan buku-buku sains ilmu pengetahuan untuk jadi santapan anak-anak. Pendidikan anak di usia dini benar-benar terealisasikan.
Kota Samsun adalah kota ramah disabilitas. Tiap jalan selalu dihiasi dengan guiding block untuk membantu masyarakat yang berkebutuhan khusus. Aspek fasilitas yang dinaungi oleh pemerintah sangat memudahkan orang-orang Samsun untuk menjalankan aktivitas sehati-hari. Serta, masyarakat Samsun juga sangat senang berbagi.Â
Penulis sempat berbincang dengan salah satu mahasiswa OMU tentang kerdemawanan sosial di daerah ini. Awalnya, penulis sempat mengawali obrolan dengan tradisi kuno Turki yang mana terdapat kebiasaan untuk membeli dua roti, tapi hanya mengambil satu. Sisa roti yang satunya dititipkan kepada penjual untuk diberikan kepada siapapun yang membutuhkan. Akan tetapi, tradisi tersebut tidak ada lagi katanya, namun mahasiswa ini sering mendapatkan makanan yang tergantung di gagang pintu apartemennya yang entah siapa memberi. Penulis juga sempat berdiskusi terkait tradisi Turki ini dengan tour guidenya seorang native. Lagi dan lagi tradisi ini tidak ada di Kota Samsun katanya, tapi masyarakat sekitar memang senang berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H