Mohon tunggu...
Aa Gun
Aa Gun Mohon Tunggu... profesional, Guru -

Lahir di pinggiran Jakarta, Ciledug Kota Tangerang yang semakin padat, sejak menikah tinggal di belahan utara Bekasi, Babelan. Pengajar sekolah swasta awalnya di sebuah SMA di Bekasi, sejak 2005 sampai sekarang menjadi pendidik di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan. Senang menulis sejak aktif di sebuah organisasi pemuda masjid YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar Jakarta. Tw:@ciledugcity69 Fb: aagun.gunawan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perubahan Pertama, Sudah Benarkah Shalatku?

1 Februari 2015   23:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah Benarkah Shalatku?

Sahabat, bacalah dengan tenang tulisan-tulisan ini, saat membacanya rilekskan pikiran anda, hadirkan rasa tenang dan nyaman dan yakinkan ada hal yang sangat luar biasa yang akan sahabat dapatkan saat membaca-kata-demi kata dari tulisan ini. Setiap kata yang terbaca dari mulut atau pikiran sahabat yakinkan bahwa sahabat akan merasakan perasaan yang  nyaman, semakin nyaman, tenang dan rileks. hal ini tentu saja akan membawa sahabat pada kondisi yang sangat luar biasa sehingga sahabat mampu membuat sebuah perubahan dan menikmati perubahan itu dengan perasaan bahagia. Mari kita mulai sesuatu yang luar biasa ini.

Sahabat. sebuah perubahan diawali oleh pemikiran dan perasaan (akal dan hati) kemudian memunculkan sebuah pertanyaan. Sebagai contoh saya sendiri misalnya. Sebagai seorang muslim Ibadah shalat merupakan pilar utama yang menjadi prioritas saya untuk segera diperbaiki. Lalu saya bertanya, Sudah Benarkah Shalat saya? Sayapun mulai merenungi pelaksananaan shalat hingga saat ini (present state). Hasil evaluasi diri, saya berkesimpulan bahwa kondisi pelaksanaan shalat saya sampai saat ini masih sangat buruk, shalat masih sekedar melepas kewajiban, terkadang tidak lima waktu dan sering mengakhirkan waktu.

Dari hasil perenungan diri itu saya, misalnya saya menemukan dua masalah dalam ibadah shalat saya. Pertama, shalat saya masih sekedar melepas kewajiban, kerap melalaikan pelaksanaanya. Dua masalah tersebut berkait satu sama lain, dan menjadi satu kesatuan yang harus diperbaiki. Setelah itu saya mulai merancang kondisi yang saya  inginkan (desire state) yaitu, “saya ingin shalat saya lahir karena kesadaran, karena kebutuhan. Karena shalat adalah kebutuhan, tentu akan berakibat fatal jika di lalaikan.”

Langkah selanjutnya yang harus saya lakukan adalah merancang, membuat langkah-langkah, membuat strategi, membuat jalan/cara-cara yang dapat mendekati desire state saya. Langkah-langkahlah yang saya lakukan terus-menerus dan saya eveluasi dalam pelaksanaannya. Tujuan melakukan evaluasi adalah untuk merasakan apakah cara itu efektif mendekati atau malah menjauhi. Setelah kita yakin langkah tersebut semakin mendekati, maka kita bisa merasakan manfaatnya dan bisa merasakan nikmat dalam melaksanakannya.

Perubahan itu dapat kita rasakan berhasil ketika kita mampu melakukan evaluasi dan kita mendapatkan sebuah perubahan yang signifikan/progress yang semakin baik dalam pelaksanaan ibadah shalat kita. Yang harus kita pahami adalah setelah kita mampu mencapai desire state yang diinginkan, maka satu langkah sukses telah kita capai. Tentu keberhasilan ini akan menjadi present state dimasa mendatang, dan kita harus terus berfikir dan merasakan hal lain apa yang harus kita perbaiki lagi dalam pelaksanaan shalat yang harus diperbaiki.  Selamat mencoba, semoga sukses sahabat. Wallaahu a’lam.

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun