Mohon tunggu...
Aa Gun
Aa Gun Mohon Tunggu... profesional, Guru -

Lahir di pinggiran Jakarta, Ciledug Kota Tangerang yang semakin padat, sejak menikah tinggal di belahan utara Bekasi, Babelan. Pengajar sekolah swasta awalnya di sebuah SMA di Bekasi, sejak 2005 sampai sekarang menjadi pendidik di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan. Senang menulis sejak aktif di sebuah organisasi pemuda masjid YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar Jakarta. Tw:@ciledugcity69 Fb: aagun.gunawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Itu di Mana Kita Berada

26 Januari 2018   13:33 Diperbarui: 26 Januari 2018   13:35 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas merupakan sebuah hasil refleksi kecil-kecilan berkait dengan fenomena kehidupan yang bagaimanapun bisa menunjukan posisi di mana seseorang itu berada berkait dengan pendapat atau pemahaman sesuatu. perumpamannya seperti ini, saat kita sedang berada pada sebuah posisi maka sebuah arah akan sangat ditentukan dimana dia berada. misalnya dua orang yang berdiri berhadapan saat mereka diminta menunjukan arah tentu akan menunjuk arah yang berbeda satu sama lain. Saat instruksi meminta menunjukan arah, maka arah tangan menunjuk pada posisi yang berbeda. 

Demikian halnya seseorang akan berbeda pendapat dengan orang yang lainnya dalam suatu masalah tergantung pada dimana saat itu dia berada. Misalnya lagi yang sedang ramai dibicarakan di medsos antara Najwa Shihab (NS) dan Anis baswedan (AB). Saya mencoba melihat dalam kasus ini ada dua kubu besar, yaitu kubu yang membela NS dan Kubu yang membela AB. Sikap NS mendapat kritikan keras dari pendukung AB, demikian halnya arahan dan pertanyaan yang mengulik tajam NS mendapat dukungan yang tidak kalah hebat dari pendukung AB. 

Dan kalau saya mencoba melihat lagi para person yang berdeda pendapat terdiri dari dua kubu besar yaitu dari para pendukung Calon Presiden pemilu tahun lalu yaitu kubu Jokowi dan Kubu Prabowo, terlihat sekali warnanya disana. Nampaknya aura pilpres beberapa tahun yang lalu masih membekas dari para pengusung masing-masing calon, masih belum pada bisa move on. Kalau kita coba menyimak beberpa pendapat keduanya hampir sama ada yang saling berkata kasar dan mengejek satu sama lain, tapi ada pula yang masih berfikir jernih meski berada pada posisi yang berbeda, yang mengungkap melaui data dan fakta.

itulah kehidupan itulah manusia, satu sama lain bisa saja berbeda dan sudah pasti berbeda, tergantung dimana posisi dia saat itu. Maka saya berkesimpulan seseorang itu ada dimana dia berada, dan jangan berharap sama saat mereka berada pada posisi yang berbeda, namun yang harus kita harap adalah mereka menyadari perbedaan itu penyebabnya dan mau menghormati satu sama lain dengan tidak melakukan aksi yang tentunya dilarang oleh mereka yang mungkin saja memiliki keyakinan yang sama satu sama lain. Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun