Mohon tunggu...
CikRin
CikRin Mohon Tunggu... -

segala sesuatu akan indah pada waktunya, bila kita menabur pada waktunya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mereka Sudah Mulai Tua

1 September 2012   14:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini merancang agenda untuk membaca novel Perahu Kertas dan kemudian dilanjutkan dengan menonton serial How I Met Your Mother. Saya termasuk orang yang jarang nonton film, meskipun memiliki waktu yang senggang. Namun, karena bertujuan untuk meningkatkan kemampuan listening, maka mau tidak mau saya harus membiasakan diri untuk mendengar percakapan dalam bahasa Inggris. Sudah beberapa hari ini, saya tidak menonton film bahasa Inggris. Jadi teringat pesan dari salah seorang teman, “Sedikit demi sedikit. sama seperti orang yang berolahraga, nanti juga lama kelamaan jadi kuat”.

Saya masih membaca novel sampai hampir jam 10 malam. Kemudian chatting sebentar dengan beberapa teman. Mata sudah mulai menggantuk tapi rasa disiplin harus mulai dibiasakan. Ketika sedang menyalakan laptop, ponsel saya berdering, pertanda ada pesan yang masuk. Ternyata dari salah seorang kawan yang sudah cukup lama tidak bertemu.

“Ar...”
“Ya...”
“Lagi apa?”
“Baru aja selesai baca buku”

Saya membalas pesannya sembari menonton film. Tapi entahlah sejak awal saya sebenarnya sudah merasa ada yang aneh, merasa bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan. Awalnya berniat untuk bertanya, “Is there something that you want to tell to me?”. Tapi niat itu saya urungkan. Saya tetap membiarkan chatting berjalan tampak seperti tidak terjadi apa-apa. Sampai akhirnya kawan saya tersebut mulai mengeluarkan kata galau. Nah... ternyata benar feeling saya dari awal. Aktivitas menonton film pun saya hentikan seketika supaya saya lebih seksama dalam “mendengarkan” ceritanya.

Berikut beberapa penggalan chatting kami:

“Aku baru galau nih. Aku mau pindah ke Jakarta tapi ayahku malah jadi mulai sering sakit”
“Karena umur ya?”
“Belum tua-tua banget sih. Tapi kadang suka kecapekan kerja. Suka maksain diri kalau kerja. Kadang sampai aku marahin”

Saya pun mulai tertegun ketika kawan saya menulis:

“Gak nyangka ya, kalau ternyata orang tua kita sudah mulai tua”

Saya terdiam cukup lama bahkan hampir menitikan air mata. Meresapi kalimat yang tengah saya baca. Udara Jakarta cukup panas, membuat kerongkongan terasa kering. Bahkan air mata pun tidak jadi keluar. Mengambil jeda sesaat untuk mengambil segelas air minum. Meski sempat di tuduh bahwa saya sedang mewek, tapi siapa sih yang tidak mewek bila mengingat orang tua di kampung halaman. Bukannya tidak tegar tapi mengingat bagaimana besar harapan mereka kepada anaknya yang berada jauh disana. Kepada orang lain, bukan harta, kekayaan, ataupun jabatan yang akan mereka ceritakan tapi tentang anak.

Kita berharap dapat menjaga mereka ketika mereka tua. Tapi realita berkata beda. Kita malah pergi menjauh merealisasikan harapan mereka dan mewujudkan impian kita. Setiap orang pernah merasakan kegalauan ketika hendak merantau, pasti. Tidak ada suasana yang lebih hangat dibanding dengan berkumpul bersama orang-orang yang kita kasihi.

Bila kita merasa belum bisa memberikan yang terbaik bagi orang tua, paling tidak kita jangan sampai menjadi beban pikiran mereka.

*menulis sembari ditemani lagu Boru Panggoaran*

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun