Mohon tunggu...
CikRin
CikRin Mohon Tunggu... -

segala sesuatu akan indah pada waktunya, bila kita menabur pada waktunya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ini Saya Lulus kan?

22 Mei 2011   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya membaca tulisan Chacha Hadinoto yang berjudul Pengalaman Mengejar ”Cinta” Dosen. Langsung saja saya teringat dengan masa-masa ketika saya akan pendadaran dan revisi. Masa-masa yang menyebalkan tapi bikin kangen yang terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Berikut cerita saya.

Pada bulan februari, skripsi saya di acc oleh dosen pembimbing dan itu artinya saya bisa daftar untuk maju pendadaran bulan depan. Saya kemudian menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti kartu bimbingan skripsi, fotokopi izasah SMA, dan beberapa berkas yang lain. Setelah semua berkas-berkas lengkap saya mendaftarkan diri di Tata Usaha (TU). Menyerahkan berkas-berkas kemudian meng-entry beberapa data di komputer, selesailah proses mendaftar pendadaran. Saya menerima selembar kertas yang berisi keterangan bahwa saya akan maju pendadaran bulan depan.

Setelah proses mendaftar, saya harus menyerahkan 3 ringkasan dan 1 jilid skripsi ke TU pada batas waktu yang sudah ditentukan. Jreng…jreng…masuklah masa-masa yang mendebarkan. Masa apakah itu? Masa menunggu jadwal pengumuman, kapan dan siapa yang akan menjadi dosen penguji. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa dan belajar. Saya punya lagu yang ketika saya mendengarkannya saya jadi ingat pada masa-masa ketika akan pendadaran.Lagu itu adalah lagunya Hijau Daun, saya lupa judulnya. Berhubung lagu itu ada di playlist winamp dan selalu saya putar ketika sedang belajar. Sepertinya memang kurang nyambung antara skripsi dan theme songnya. Hehe…

Jadwal kok belum keluar ya? Makin deg-degan aja. Sampai akhirnya teman saya nge-wall di FB: “Selamat ya dapat mami?”. Waduh… kok perasaan saya jadi kurang enakya. Saya buka web dan ternyata jadwal sudah keluar. Saya dapat dosen penguji yang killer. Dulu ketika kuliah ada jargon seperti ini: “Kuliah di sini belum sah kalau belum pernah dapat ibu itu”. Ada 2 hal yang saya lakukan: Berdoa dan belajar dengan lebih giat. Dosen pembimbing aja sudah cukup membuat saya pusing di tambah lagi dengan dosen penguji yang tidak kalah serunya :p.

Lantas bagaimana respon teman-teman saya? Memang teman-teman saya itu baik semua kok. Ada yang bilang selamat ya. Ada juga yang setelah tau kemudian ketawa-tawa. Ini pada gak tau sih, kalau saya sudah mulai stress sendiri. Memang selera humor teman-teman saya itu oke punya. Tapi ada juga kok yang memberikan respondengan baik, “Yakin aja pasti lulus”. Jadi kalau ada teman yang mendapat penguji killer harap memberi respon yang baik dan benar.

Saya sama sekali tidak suka dengan angka-angka yang berhubungan dengan jadwal pendadaran. Saya maju pendadaran tanggal 13 Maret (saya kurang suka angka 13). Pendadaran di hari jum’at (kayak Friday 13th ya?). Ruang 406 (saya juga kurang suka tanggal 6). Susunan pengujinya juga sangar. Hehe... satu lagi, saya ada diurutan ke 6. Can you image that?

Selama persiapan pendadaran saya berusaha semaksimal mungkin dan mendadak punya hobby ke perpustakaan. Saya punya tips, jangan ketika sedang belajar di perpustakaan ada baiknya duduk dengan teman, endingnya jadi ngobrol. Serta jangan buka FB, YM, Twitter, bisa-bisa lebih banyak OLnya daripada belajarnya. Saya juga tanya-tanya dengan teman-teman dan kakak tingkat yang sudah pedadaran, minta tips-tips. Hehe…

Tibalah hari pendadaran. Saya datang dengan membawa banyak buku. Buku itu ibarat peluru, sudah ayem (tenang) kalau membawa buku, walaupun akhirnya tidak dibaca. Seperti sugesti, kalau sudah bawa buku bakal bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen. Menurut jadwal pendadaran di mulai pukul 8 pagi, tapi kenyataanya di mulai sekitar pukul 8.30. Ada 6 orang yang pendadaran dan saya urutan ke 6. Urut dari yang paling tua angkatannya, untung saya angkatan muda belia. Hehe…

Teman-teman saya banyak yang datang ketika saya pendadaran. Sampai saya mikir, “Ini pada ngapain sih ke sini”. Berhubung teman-teman main saya sedang KKN, maka ketika ada yang bertanya, “Besok boleh datang gak pas pendadaran?”. Saya jawab saja, “Boleh dong”. Saya pikir, daripada tidak ada temannya. Eh…kok yang datang malah banyak.

Sekitar jam 12 saya belum maju pendadaran. Salah seorang teman membelikan saya makan siang. Tapi saya tidak nafsu makan, jadinya saya hanya makan separuh saya. Rata-rata per orang pendadaran sekitar 1 jam. Akhirnya saya maju pendadaran sekitar jam 2.

Saya masuk ruangan dengan membawa tas yang berisi dengan buku-buku. Padahal di dalam ruangan, saya tidak sempat buka buka buku. Jangankan membuka buku, ingat bawa buku aja enggak. Saya mulai dengan presentasi skiripsi, kemudian sesi tanya jawab. Yup…dan mulailah dosen killer itu bertanya sedangkan dosen penguji yang satunya bertanya dengan pertanyaan tambahan dari pertanyaan sebelumnya. Saya cukup berhati-hati dalam menjawab pertanyaan. Saya tidak mau salah menggunakan kosa kata yang pada akhirnya akan merepotkan saya sendiri. Saya merasa tenang ketika pendadaran. Saya jadi ingat salah satu tips dari orang yang saya temui di ruang perpustakaan pasca sarjana “Kalau dari awal kita sudah tenang, maka akan lebih mudah”. Ada pertanyaan yang saya jawab dengan konyol. Saya kalau ingat bisa geli sendiri. Ada juga pertanyaan yang tidak bisa saya jawab sehingga itu menjadi bagian yang harus saya revisi. Di kala saya sedang pendadaran, ekor mata saya melihat ke arah jendela dan saya bisa melihat, teman-teman saya melihat saya pendadaran, “Walah ini pada ngapain sih lihat-lihat. Gak tau apa di dalem sini bingung jawab pertanyaan”. Tapi akhirnya saya jadi tau gimana rasanya ketika sedang pendadaran ada yang melihat.

Ketika dosen penguji menyatakan bahwa sudah cukup mengajukan pertanyaan, saya merasa, “Kok kurang ya, ayo dong tanya lagi”. Hehe… Saya merasa belum puas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen. Saya kemudian keluar ruangan. Teman-teman saya sudah menunggu di luar. Ya iyalah masak mereka ikutan masuk. Hehe.. Kata temen saya, “Wajah mu waktu keluar ruang pendadaran, gak jelas gitu. Makanya kita mikir-mikir waktu mau ngajak omong”. Ternyata ketika di dalam ruang pendadaran waktu berjalan terasa cepat, beda sekali dengan yang berada di luar, rasanya lama.

Berhubung saya pendadaran di lantai 4, saya bisa melihat pemandangan alam. Sembari menunggu pengumuman, saya minum air dari botol Aqua, tau kah apa yang terjadi. Ketika itu saya minum saya melihat pemandangan dan saya minum sampai tumpah. Haha… maklumlah tidak konsentrasi ketika sedang minum.

Pintu ruang pendadaran terbukadan salah seorang dosen meminta kita masuk satu per satu. Wuah… saatnya pengumuman. Orang pertama masuk dan hasilnya belum lulus. Waduh... Orang kedua masuk dan hasilnya belum lulus. Wah… Gimana dengan saya nih. Orang ke tiga masuk dan hasilnya lulus. Sip… saya ikut senang. Orang ke empat masuk dan hasilnya belum lulus. Orang ke lima masuk dan saya tidak atau hasilnya, karena saya langsung masuk ruangan.

Saat pengumuman pun saya masih sempat ndagel (melucu). Berikut percakapan saya dengan Ketua tim penguji (ibu yang killer itu):

Ibu penguji bertanya, “Prediksi mu apa mbak?”

Saya jawab, “Ya harapannya lulus”

Ibu penguji, “Lho…yang saya tanya itu prediksi. Kamu sudah pernah ambil mata kuliah saya?”

Saya, “Pernah bu”

Ibu penguji, “Kalau missal ada soal 10 dan kamu yakin bisa mengerjakan 7, kamu kan bisa memprediksi nilai kamu berapa. Jadi gimana?”

Agak dilema menjawab pertanyaan itu.

Akhirnya saya jawab, “Lulus bu”. Dengan nada semi-yakin :p

Ibu penguji,” Ya sudah selamat Anda lulus…”

Saya, “Yang bener nih bu, saya lulus” (Maklumlah saya takjub)

Ibu penguji,”We…kamu itu gimana to mbak”

Akhirnya saya menjabat tangan ketiga orang tim penguji.

Kemudian saya duduk lagi dan bertanya, “Saya beneran lulus kan?”.

Sampai akhirnya, penguji yang lain berkata, “Walah mbak… Kamu ambil aja itu skripsi kamu”.

Kemudian saya mengambil skripsi saya yang ada di sebelah meja.

Penguji bertanya, “Ada apa di situ?”

Saja jawab, “Ada kertas revisi pak”

Penguji bertanya, “Itu artinya apa?”.

Saya jawab, “Saya lulus revisi”

Penguji, “Gimana sekarang sudah percaya”

SUDAH…. Walau sebenarnya sih belum percaya. Hehe…

Saya salaman lagi dengan tim penguji (padahal tadi udah salaman), setelah itu saya keluar sambil membawa skripsi. Saya buka pintu dan ketika di luar teman-teman saya bertanya, “Gimana?”. Saya mengambil nafas kemudian berkata, “Lulus” sambil menghela nafas. Terima kasih Tuhan. Langsung saja teman-teman saya heboh sendiri dan menngucapkan selamat. Teman-teman saya berkata agar saya menelpon orang tua saya untuk member kabar, tapi saya bilang, “Udah di miscall aja, nanti palingan juga di telpon” hehe… Saya mc ibu saya dan beberapa detik kemudian saya di telpon, saya memberi kabar kalau saya lulus tapi revisi. Saya membereskan barang-barang kemudian ke kamar mandi dan saya pun tau bahwa orang yang ke lima ternyata belum lulus.

Saya mengembalikan buku-buku yang saya pinjam di perpustakaan. Setelah mengembalikan buku, saya masih sempat berbincang-bincang denga teman saya. Sesampainya di rumah pun, saya masih merasa belum percaya kalau saya lulus.

Saya tidak menyangka bisa lulus secepat itu. Banyak gosip yang beredar bahwa dosen pembimbing saya itu lama kalau meluluskan anak bimbingannya. Saya sempat mendengar bahwa ada yang menulis proposal sampai 1 tahun. Apa saya tidak syok mendengar hal itu. Memang sih dari awal saya tau kalau dosen pembimbing saya itu terkenal sulit tapi kok hati ini sudah mantap saya. Saya pun teringat dengan salah seorang dosen saya yang bercerita seperti ini. Dulu ketika dosen saya menulis thesis, dia mendapatkan dosen yang menurut rumor kurang menyenangkan, tapi dia merasa mantap dengan pilihannya. Dan ternyata dia tidak salah pilih bahkan ketika S3 pun dia meminta dosen pembimbingnya itu menjadi pembimbingnya lagi. Jadi jangan terlalu percaya kalau ada yang bilang, “Dosen itu kurang enak”. Buktikan dulu baru bicara. Sampai akhirnya saya membuktikan apa yang dikatakan dosen saya itu.Apa yang dikatakan teman saya itu tidak terbukti. Tidak sampai satu tahun saya menyusun skripsi. Jadi jangan terlalu percaya omongan orang lain tentang dosen yang kurang menyenangkan.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan terutama tentang masa revisi tapi berhubung sudah panjang, kita bertemu di tulisan selanjutnya ya.

Bila ingin comment bisa di sini juga: http://ansyel.wordpress.com/2011/05/22/ini-saya-lulus-kan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun