Mohon tunggu...
Najmisana Najmisana
Najmisana Najmisana Mohon Tunggu... -

just me

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Children of Heaven

3 Oktober 2014   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:34 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_363506" align="aligncenter" width="242" caption="Children of Heaven, sumber : world-movie-posters.blogspot,com"][/caption]

Judul Film : Children of Heaven

Sutradara / Penulis : Majid Majidi

Pemeran : Amir Farrokh Hashemian as Ali, Bahare Seddiqi as Zahra

Negara : Iran

Ya, mungkin sebagian orang sudah pernah menonton film yang pernah dinominasikan dalam Academy Award sebagai Film berbahasa asing terbaik ini. Saya sudah bolak-balik menontonnya, tak ada bosan. Film Iran yang dibuat tahun 1997 ini sungguh sederhana, sederhana sekali ceritanya. Tapi mengena di hati, banyak pesan moral di dalamnya.

Film ini bercerita tentang petualangan kakak beradik yang kehilangan sepatu. Dibuka dengan adegan ketika sang kakak (Ali Mandegar) mengambil sepatu adiknya (Zahra) yang telah diperbaiki di tukang sol sepatu. Lalu tanpa sengaja Ali menghilangkan sepatu adiknya. Karena keadaan ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan untuk membeli sepatu baru, kakak beradik tersebut sepakat tidak memberi tahu orang tua mereka dan memutuskan untuk memakai sepatu Ali secara bergantian. Zahra sekolah pagi, Ali sekolah siang. Setiap tiba pulang sekolah, Zahra berlari sekencang-kencangnya untuk segera bertukar sepatu dengan Ali agar Ali tidak terlambat masuk sekolah. Apa nyana, meski Ali pun sudah lari bak kijang, tidak terlambat merupakan hal yang mustahil. Ditegur dan diinterograsi guru jadi santapan sehari-hari.

Singkat cerita, Gubernur mengadakan lomba maraton untuk anak sekolah seusia Ali. Awalnya dia tidak tertarik. Tetapi begitu melihat bahwa juara ketiga akan mendapatkan hadiah berupa sepatu, Ali memohon pada gurunya untuk diikutkan lomba. Padahal, saat itu utusan sekolah sudah diputuskan melalui tes. Karena tak tega melihat Ali memohon sebegitunya, diujilah si Ali ini. Dan yups, lolos dong. Secara dia tiap hari lari terus ke sekolah supaya tidak terlambat. Apakah Ali Mandegar bisa pulang dengan membawa hadiah sepatu yang diinginkannya? ataukah terjadi hal-hal lain yang tidak diharapkannya? Tonton sendiri ya, hehe

Banyak hal menarik yang bisa diambil sebagai pelajaran ketika mereka saling bertukar sepatu. Pesan moralnya dapet banget lah pokoknya. Film ini memang mengambil latar kemiskinan penduduk Iran, tapi bukan kemiskinan yang menye-menye alias cengeng. Bahwa sekalipun hidup berkekurangan, tidak lantas menghentikan diri untuk berbuat baik. Contohnya:

1.Sang ibu mengajarkan keteladanan untuk berbuat baik kepada tetangga dengan mengirimi makakan yang dimasaknya.

2.Bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tidak seharusnya diambil, meskipun hanya hal kecil. Seperti ketika ayah mereka dimintai tolong untuk memecah gula batu untuk acara di masjid. Terjadi dialog yang membuat saya salut ketika Zahra menyuguhkan teh untuk ayahnya.

Sang ayah : “Zahra, kau tak membawa gulanya”

Zahra: “Ini banyak gula di depan ayah”

Sang ayah: “Ini semua milik masjid, ini sudah dipercayakan kepada kita”

Woww, bandingkan dengan para pemegang amanah di negeri kita, ampun deh, hehe

3.Sikap Zahra mengikhlaskan sepatunya ketika didapati sepatu miliknya dipakai oleh murid lain yang berekonomi sama dengannya, mengajarkan kita untuk berbesar hati dan berempati kepada sesama yang sama-sama atau malah lebih tidak mampu. Meskipun jika dipikir-pikir, sepatu itu memang miliknya sehingga dia punya hak untuk memintanya kembali.

4.Sikap tanggung jawab Ali karena menghilangkan sepatu milik adiknya. Tukar menukar sepatu sampai dengan usahanya mengikuti lomba lari maraton.

5.Keputusan kakak beradik itu tidak memberitahu orang tuanya bahwa sepatu milik Zahra telah hilang menunjukkan bahwa mereka benar-benar tidak ingin membebani orangtuanya.

Benarlah kalau film ini berjudul “Anak-anak Surga”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun