Mohon tunggu...
Cikgu Agus Channel
Cikgu Agus Channel Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Membaca & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Terbentuk Dari Keterbatasan (Bagian 6)

28 Desember 2024   19:07 Diperbarui: 28 Desember 2024   19:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

TERBENTUK DARI KETERBATASAN (Bagian 6)

Juki 

Setelah bertahun-tahun menjalani pendidikan kedokteran dan praktek di rumah sakit, akhirnya tiba saatnya bagiku untuk kembali ke kampung halaman. Perasaan bahagia, haru, dan bangga bercampur aduk saat aku mengemasi barang-barang dan bersiap untuk pulang. Aku telah menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar dokter, sebuah pencapaian yang dulu terasa seperti mimpi yang jauh. Saat perjalanan pulang, kenangan masa kecil kembali mengalir di pikiranku. Desa yang aku tinggalkan dengan penuh harapan kini akan aku datangi kembali, namun kali ini dengan bekal ilmu dan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Kembali ke desa bukan hanya sekadar pulang ke rumah, tetapi juga awal dari misi besar yang telah lama aku impikan. Ketika tiba di desa, aku disambut dengan hangat oleh keluarga dan tetangga. Ibu dan ayah menyambutku dengan pelukan erat, air mata kebahagiaan mengalir di wajah mereka. "Kami sangat bangga padamu, Nak," kata ibu sambil tersenyum. Ayah, yang selalu memberikan dukungan tanpa henti, mengangguk dengan mata berbinar. "Kamu telah membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi nyata dengan kerja keras dan tekad." Desaku masih sama seperti dulu, dengan pemandangan hijau yang indah dan kehidupan yang sederhana. Namun, ada satu hal yang berbeda: kini ada seorang dokter di desa, seorang anak desa yang kembali untuk melayani masyarakatnya. Kabar tentang kepulanganku cepat menyebar, dan banyak warga desa datang untuk menyampaikan ucapan selamat dan harapan mereka. Aku memutuskan untuk membuka klinik kecil di desa. Klinik ini bukan hanya sebagai tempat praktek, tetapi juga pusat edukasi kesehatan bagi masyarakat. Dengan bantuan dari pemerintah daerah dan donasi dari beberapa lembaga, aku berhasil membangun klinik yang sederhana namun cukup lengkap untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar. Klinik ini dilengkapi dengan ruang pemeriksaan, ruang bersalin, dan apotek kecil. Hari pertama membuka klinik adalah momen yang sangat emosional. Banyak warga desa yang datang untuk berobat, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang aku kenal sejak kecil. Melihat wajah-wajah mereka yang penuh harap membuatku semakin bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Aku memeriksa pasien satu per satu, mendengarkan keluhan mereka, dan memberikan pengobatan yang diperlukan. Setiap senyum dan ucapan terima kasih dari mereka adalah hadiah terbesar bagiku. Salah satu pasien pertamaku adalah Pak Ahmad, seorang petani yang dulu sering membantuku dan keluargaku. Pak Ahmad datang dengan keluhan sakit di perutnya yang sudah lama ia rasakan. Setelah melakukan pemeriksaan, aku menemukan bahwa Pak Ahmad menderita infeksi saluran kemih yang cukup serius. Aku memberikan pengobatan yang tepat dan memberinya beberapa tips untuk menjaga kesehatan. "Terima kasih banyak, Dokter. Kamu benar-benar anugerah bagi desa ini," kata Pak Ahmad dengan penuh rasa syukur. Selain memberikan pelayanan medis, aku juga aktif mengadakan penyuluhan kesehatan di desa. Aku mengajak ibu-ibu untuk belajar tentang gizi dan kesehatan anak, mengajarkan cara menjaga kebersihan lingkungan, dan memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi. Setiap penyuluhan dihadiri oleh banyak warga desa, yang dengan antusias mendengarkan dan bertanya. Aku merasa sangat puas bisa berbagi ilmu dan membantu meningkatkan kualitas hidup mereka. Kembali ke desa juga memberiku kesempatan untuk mempererat hubungan dengan keluargaku. Setiap malam, aku duduk bersama ibu dan ayah, mendengarkan cerita mereka dan berbagi pengalaman selama di kota. Ibu sering memasak makanan favoritku, dan kami menikmati makan malam bersama dengan penuh kehangatan. Aku juga sering mengajak adik-adikku untuk belajar dan bermain, memberikan mereka motivasi untuk terus bersekolah dan meraih mimpi-mimpi mereka. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika aku berhasil membantu seorang ibu melahirkan di klinikku. Ibu tersebut mengalami komplikasi saat persalinan, dan kami harus melakukan tindakan cepat untuk menyelamatkan nyawanya dan bayinya. Dengan bantuan bidan desa yang berpengalaman, kami berhasil melewati situasi kritis tersebut. Melihat bayi yang baru lahir dengan selamat dan ibu yang tersenyum penuh kebahagiaan adalah momen yang tidak akan pernah aku lupakan. "Terima kasih, Dokter. Kamu adalah malaikat penolong kami," kata ibu tersebut dengan mata berkaca-kaca. Kehidupan di desa memang tidak selalu mudah. Terkadang, aku harus menghadapi tantangan seperti keterbatasan alat medis dan obat-obatan. Namun, setiap tantangan tersebut membuatku semakin bersemangat untuk terus berjuang. Aku bekerja sama dengan pemerintah daerah dan berbagai lembaga untuk mendapatkan dukungan dan bantuan yang diperlukan. Kami juga mengadakan penggalangan dana untuk membeli peralatan medis yang lebih lengkap. Pengalaman kembali ke kampung halaman mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya memberikan kontribusi bagi masyarakat, tentang arti sebenarnya dari pelayanan dan pengabdian. Setiap hari, aku merasa semakin dekat dengan impian masa kecilku: menjadi dokter yang tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga memberikan harapan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarku. Dengan setiap langkah yang aku ambil, aku semakin yakin bahwa inilah jalan hidup yang telah aku pilih dengan benar. Aku berjanji untuk terus memberikan yang terbaik, untuk terus belajar dan berkembang, dan untuk selalu menjadi cahaya harapan bagi desaku. Perjalanan ini masih panjang, namun dengan semangat dan tekad yang kuat, aku yakin bisa menghadapi setiap tantangan dan meraih impian yang lebih besar. Kembali ke kampung halaman adalah awal dari perjalanan baru yang penuh dengan kesempatan untuk membuat perubahan positif. Aku siap menghadapi setiap langkah dengan penuh keyakinan dan dedikasi.  

Waktu terus berlalu, dan pengabdianku di desa semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap hari di klinik, setiap penyuluhan kesehatan, dan setiap senyum pasien yang pulih mengingatkanku bahwa aku semakin dekat dengan cita-citaku. Impian masa kecilku untuk menjadi dokter yang bermanfaat bagi orang banyak kini benar-benar terwujud.

     Namun, perjalanan ini tidak berhenti di sini. Aku tahu bahwa untuk benar-benar menggapai cita-citaku, aku harus terus belajar dan berkembang. Meskipun telah menjadi dokter di desa, masih banyak hal yang bisa aku pelajari dan lakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerahku. Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengambil spesialisasi di bidang kesehatan masyarakat.

     Dengan dukungan dari keluarga dan masyarakat desa, aku mendaftar untuk program magister kesehatan masyarakat di universitas ternama. Program ini memberikan kesempatan untuk belajar lebih dalam tentang manajemen kesehatan, epidemiologi, dan strategi kesehatan masyarakat yang efektif. Meskipun harus kembali ke kota untuk melanjutkan studi, aku tidak merasa meninggalkan desaku. Setiap ilmu yang aku peroleh akan aku bawa kembali untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di desa. (Bersambung)

Penulis cerbung adalah Jeki Setiawan Nama Lengkap dari Juki, pelajar SMA Negeri 1 Toboali, Bangka Selatan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun