Mohon tunggu...
Cikgu Agus Channel
Cikgu Agus Channel Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Membaca & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Terbentuk dari Keterbatasan (Bagian 1)

18 Desember 2024   09:05 Diperbarui: 20 Desember 2024   15:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

TERBENTUK DARI KETERBATASAN

 (Bagian I)

Juki

     Kampung Bukit Tosari, Aku dilahirkan, namun ironisnya, harapan seakan-akan sulit ditemukan di tempat itu. Keluargaku hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ayahku, Pak Kijew, seorang petani kecil yang menggarap sawah milik orang lain. Setiap hari ia bangun sebelum matahari terbit, berangkat ke sawah dengan harapan bisa membawa pulang hasil jerih payahnya untuk keluarganya. Sering kali jerih payahnya itu tidak sebanding dengan kerja kerasnya karena berbagai masalah seperti hama, cuaca buruk, dan harga jual yang rendah.

     Bu Sarah, Ibuku seorang wanita tangguh yang tidak pernah mengeluh meski harus bekerja keras. Ia berjualan kue di pasar setiap pagi. Setiap malam, setelah semua pekerjaan rumah selesai, ia akan duduk di dapur yang kecil dan remang-remang, membuat kue-kue yang akan dijual esok hari. Tangan-tangannya yang kasar karena sering terkena panas dan dingin terus bergerak lincah, mencampur adonan dan membentuk kue-kue yang lezat. Meski penghasilannya tak seberapa, ibu selalu memastikan bahwa kami, anak-anaknya, tidak pernah kelaparan.

     Aku, bungsu dari tiga bersaudara. Kakak-kakakku, Andi dan Rina, selalu berusaha membantu ayah dan ibu. Andi sering membantu ayah di sawah setelah pulang sekolah, sementara Rina membantu ibu berjualan di pasar. Mereka adalah kakak-kakak yang penyayang dan selalu berusaha menghiburku ketika aku merasa sedih atau putus asa. Kami berbagi cerita, tawa, dan tangis dalam rumah kayu sederhana.

     Desa kami terletak jauh dari kota. Untuk mencapai sekolah, aku harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer melewati jalan tanah yang berdebu ketika kemarau, becek ketika hujan. Namun, aku tidak pernah merasa berat menjalani semua itu. Bagiku, setiap perjalanan ke sekolah adalah sebuah petualangan. Aku selalu bersemangat untuk belajar, meskipun fasilitas di sekolah kami sangat terbatas. Buku-buku pelajaran yang kumiliki adalah buku bekas yang sudah lusuh dan penuh coretan. Namun, itu tidak mengurangi semangatku untuk belajar.

     Di rumah, kami tidak memiliki listrik. Pada malam hari, satu-satunya sumber cahaya adalah lampu minyak yang redup. Aku sering belajar dengan ditemani cahaya lampu minyak yang berkedip-kedip. Meski mataku sering perih dan berair karena asap. Aku tetap berusaha menyelesaikan setiap tugas sekolah dengan baik. Ibuku selalu duduk di sebelahku, memperhatikan dan memberiku semangat. "Jangan pernah menyerah, Nak. Pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan," katanya dengan penuh keyakinan.

     Hidup dalam keterbatasan mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya kerja keras, ketekunan, dan rasa syukur. Meski sering kali kami harus makan dengan lauk seadanya, kami selalu berdoa dan bersyukur atas apa yang kami miliki. Keluarga sumber kekuatan dan inspirasiku. Mereka selalu mendukungku, tidak peduli seberapa sulit keadaan yang kami hadapi.

     Meskipun hidup kami penuh dengan keterbatasan, aku tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Ayah dan Ibu selalu mengajarkan kami untuk saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Mereka mengajarkan kami untuk tidak pernah iri hati dengan orang lain yang lebih beruntung, melainkan berusaha lebih keras untuk mencapai apa yang kami impikan. (Bersambung)

Penulis cerbung:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun