Teologi pembebasan (liberal theology) pada awal mulanya adalah gerakan keagamaan yang muncul pada akhir abad ke-20 Katolik Roma yang berpusat di Amerika latin. Pencetusnya adalah Gustavo Gutierrez seorang pakar teolog dari Peru. Ia berupaya menerapkan keyakinan agama dengan berupaya memperhatikan penderitaan rakyat yang miskin, tertinggal dan tertindas.
Nah guys, jika kita Tarik dalam ranah islam tentu kita sering banget kan dengerin ceramah atau kajian yang isinya cuma soal ibadah ritual, surga-neraka, atau hukum halal-haram? Padahal Islam itu jauh lebih keren dan revolusioner dari itu! Yuk, kita bahas perspektif yang bakal bikin kalian mind-blown: Teologi Pembebasan dalam Islam.
Islam, sebagai agama yang membawa pesan keadilan dan pembebasan, sejatinya memiliki dimensi transformatif yang mendalam dalam menjawab problematika sosial. Teologi pembebasan dalam Islam tidak hanya berbicara tentang hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga menekankan pentingnya perjuangan melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Akar teologi pembebasan dalam Islam dapat ditelusuri dari misi profetik Nabi Muhammad SAW yang tidak hanya membawa perubahan spiritual, tetapi juga revolusi sosial yang mendasar. Beliau menentang sistem perbudakan, mengangkat derajat kaum tertindas, dan membangun tatanan masyarakat yang berkeadilan. Dalam hal ini, Asghar Ali Engineer berpendapat bahwasannya tujuan utama dari agama itu sendiri adalah sebagai persaudaraan yang bersifat universal (universal brotherhood), kesejahteraan (equality) dan keadilan sosial (social justice). Di samping itu Nabi Muhammad sebagai pembawa Islam mempunyai semangat profetik dan liberative yang mana Nabi Muhammad tidak mempunyai misi membentuk sebuah masyarakat homogen kaum muslim saja, akan tetapi cita-cita sebenarnya adalah menghancurkan kezaliman, kesenjangan dan diskriminasi yang terjadi pada saat itu.
Oleh sebab itu teologi pembebasan tercetus karena di latar belakangi oleh masalah sosio-ekonomi, yang sedang terjadi dan juga membicarakan tentang masalah psiko-sosial. Struktur social yang sangat menindas kemudian harus diubah, sehingga terciptalah sebuah keadilan dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, optimis, membutuhkan kesabaran yang luar biasa, dan keyakinan yang kuat.
Dalam konteks kekinian, teologi pembebasan Islam harus mampu menjawab tantangan global seperti kesenjangan ekonomi, krisis lingkungan, dan berbagai bentuk diskriminasi. Pemahaman agama yang transformatif ini mengajak umat Islam untuk tidak sekadar tenggelam dalam ritual formal, tetapi aktif terlibat dalam upaya pembebasan manusia dari berbagai bentuk penindasan.
Tantangan terbesar adalah bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai pembebasan ini dalam kehidupan konkret. Dibutuhkan reinterpretasi teks-teks keagamaan yang lebih progresif dan kontekstual, serta gerakan sosial yang terorganisir untuk mewujudkan cita-cita keadilan sosial.
Teologi pembebasan dalam Islam bukanlah sekadar wacana akademis, melainkan panggilan untuk aksi nyata dalam membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan. Inilah esensi Islam yang sejati: agama yang membebaskan, bukan membelenggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H