Perkembangan kebudayaan Islam di Nusantara menjadi salah satu hal menarik yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Jejak-jejak peradaban Islam di Nusantara masih dapat ditelurusi hingga saat ini, salah satunya di daerah Kabupaten Cirebon. Islam mengalami masa keemasan dibawah pimpinan Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah. Namun jauh sebelum itu Islam diyakini telah hidup dan berkembang di Cirebon
Invasi Islam di Nusantara diyakini sudah ada sejak abad ke-11 M, namun baru pada abad ke-13 M Islam dapat memiliki peran dalam dunia politik dan kekuasaan. Daerah Cirebon dulu dikenal dikarenakan memiliki sebuah pelabuhan yang ramai akan lalu lintas perdagangan laut yaitu Pelabuhan Muara Jati. Sosok ulama besar dari Malaka yaitu Syekh Nurjati merupakan tokoh penting dalam masuknya Islam di tanah Cirebon.
Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Syekh Nurjati atau juga dikenal dengan Syekh Datuk Kahfi adalah seorang ulama yang diyakini berasal dari Malaka. Ia mendarat di Muara Jati beserta rombongannya pada tahun 1420 M dan diterima oleh Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa. Syekh Nurjati kemudian mendapatkan izin untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kemudian disusul adiknya yaitu, Syekh Bayanullah atau Syekh Bayanillah yang juga melakukan dakwah di wilayah Cirebon.
Sebelum melakukan dakwah di wilayah Cirebon, Syekh Bayanillah lebih dulu menimba ilmu agama dan menetap di Mekkah hingga ia menjadi ulama besar di Mekkah dan mendapatkan Gelar Syekh Bayanullah, ketika remaja ia memiliki nama Datuk Bayan. Sebelum ia datang ke Cirebon, ia telah berdakwah di daerah Kuningan dan membuka pengguron disana.Â
Setelah itu, baru datang ke Cirebon. Ia juga mendirikan pengguron di daerah Sampiran yang masih masuk wilayah Caruban Girang hingga akhir hayatnya, ia kemudian dimakamkan di kawasan Makam Syekh Bayanillah, Desa Sampiran, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Dalam kompleks makam Syekh Bayanillah, tidak hanya terdapat Makam Syekh Bayanillah terdapat juga para Raden dan Para Elang. Di depan Makam Syekh Bayanillah juga terdapat Masjid Keramat Syekh Bayanillah sendiri diyakini berdiri pada tahun 1450. Bangunan masjid lama masih dipertahankan hingga kini di bagian depan. Sementara bangunan masjid bagian belakang merupakan bangunan baru.Â
Di belakang bangunan masjid tersebut juga terdapat Bedug yang menurut Pengelola Situs Makam, Main (50) bedug tersebut datang sendiri ke masjid tersebut. Ia juga memaparkan bahwa Situs Makam itu dikelola oleh warga sekitar kawasan makam, adapun ia sebagai pengelola ataupun juru kunci dipilih secara turun temurun.Â
Lelaki yang sudah mengelola situs selama kurang lebih 30 tahun ini juga menyatakan bahwa puncak tingginya kunjungan ke situs Makam Syekh Bayanillah adalah pada malam Jumat Kliwon, dimana peziarah yang datang kesana tidak hanya datang dari wilayah Cirebon saja, melainkan juga Indramayu dan Kuningan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H