Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelacur Kabur

5 September 2020   02:19 Diperbarui: 5 September 2020   02:21 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

"Kenapa kau paksa aku berkemas?"

Kalut, seketika pikiranku berantakan. Aku kira Bram bersungguh-sungguh denganku, rupanya aku salah dengan pikiranku sendiri.

Aku malu dengan barisan kata yang kutulis, cintaku pada Bram telah kutuangkan semua. Pengharapan tak pernah aku redakan.

Menarik nafas yang panjang, merenung tak berujung.

Kuseruput segelas coklat panas, kutatap dengan segenap rasa.

"Salahku di mana lagi?"

Percuma coklat ini kuajak bicara, kamu tak sehebat kopi. Kamu tak mampu menelusuri relung hatiku. Kamu tak mampu membaca keinginanku saat ini.

Kutinggalkan dia di meja. Rugi berlama-lama cerita bersama dia.

Kubasuh wajahku, sedikit diberi perona agar tidak terlalu kelihatan jika aku sedang bersedih.

Pantai ini terlalu panjang untuk aku telusuri, setidaknya cukup untuk aku menyaru tangis.

Berlari mendekati bibir pantai, tertawa terbahak-bahak, kubiarkan suara sumbang terselip di dalamnya, tangis ku biarkan bersatu dengan air laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun