Arrgghhhhh...braaaak...
Sepersekian detik, dia terjun bebas dari lantai 25 gedung kantorku, tak habis pikir dengan apa yang ada di pikirannya.
Semua penghuni kantor berdiri dan meninggalkan makan siangnya berlari menuju sumber suara teriak yang memekakan telinga .
"Siapa tuh yang jatuh?"
"Ini beneran ada yang bunuh diri?"
" Gue ga tahu Sil, Kang Somad bilang tadi tuh si Ratih nangis-nangis, terus dia lari ke atas."
"Nah si Somad kenapa kaga larang?"
"Emangnya Somad tahu, si Ratih bakal bunuh diri?. Ngaco lu ah"
"Bego ya si Ratih?"
"Heh, orang udah meninggal ngapain di bego-begoin SIlvianaaaaaa."
Perempuan aktif seperti Ratih tak pernah ada yang akan mengira bahwa cinta membawanya menuju kematian.
Tidak ada yang tak mengenal Ratih, perempuan tengil, jahil, dengan stelan casual dilengkapi jeans sedikit sobek, tertawa kesana kemari. Semua sepakat bahwa Ratih adalah perempuan istimewa.
Banyak yang menaruh hati pada perempuan mungil, rambut selalu dibuntut kuda, kacamata yang kadang dia pakai di dekat poninya dan tas ransel kecil yang isinya perkabelan alat-alat digitalnya Ratih.
"Sil, Masek ganteng ya?"