Lama ga ketemu si Ndul, kangen untuk sekedar melihat cerita cinta yang ga jelas. Konon katanya sibuk dengan tugas akhirnya, jadi abis beres kerja, semua orang ga dia liat, beresin laptop, bersihin meja, tutup laptop langsung go to the hell.Â
Rupanya si Ndul nularin penyakitnya, aku yang kehilangan si Ndul akibat kesibukan untuk menjadi seorang sarjana, ikut-ikutan menyibukkan diri, padahal kerjaannya bisa dilakukan ntaran sih, kadang memang sampe rumah buka laptop ngerjain kerjaan kantor. Bukan sok sibuk, bukan pula loyalitas tingkat tinggi, apalagi dalam rangka menjilat atasan atau company. Sangat bukan aku.Â
Aku memang butuh banyak pekerjaan diluar pekerjaan rutinku, insomnia ku sudah tidak bisa ditolerir. Bahkan kadang bisa sehari penuh, tak bisa memejamkan mata. Pada akhirnya diujung malam setiap yang aku rasakan, aku perhatikan, aku dengar dan apapun yang terjadi disepanjang hariku aku coba tulis dalam media dengan pena tak berpena.
Hembusan angin ini sudah sangat aku hafal, selepas ritual soreku aku lakukan, Â aku hirup dalam-dalam wangi tanah dan pohon yang disapu angin pendamping langit yang berawan gelap. Mencuri waktu sekejap, sambil ditemani "pasangan setia" dan novel yang seharusnya dari minggu kemarin aku sudah selesai membacanya.
Novel ini sangat menarik, judul novelnya adalah Re:* bahkan aku sampai hapal rentetan cerita, pelaku dan ending yang menurutku sangat menarik dan tidak pantas kalau hanya dibilang menarik, tapi novel ini sangat luar biasa sekaligus membuatku mengheningkan cipta.Â
Bagaimana tidak aku dibuat mengheningkan cipta, salah satu pelaku atau narsum yang terlibat didalamnya, disebutkan sebagai seorang Pelacur. Dengan latar belakang sang pelacur yang bukan berasal dari kalangan menengah kebawah, memang sangat dapat dijadikan pertanyaan besar. Pertanyaan yang lebih besar lagi ada, yaitu Pelacur ini cantik, berkulit putih, bermata bulat dan dari suku Sunda, keluarga kaya (menak) pula.
Sundanese...
Adalah suku yang berada di tatar Pasundan, artinya Jawa Barat, alias suku Sunda bila mau dibicarakan secara sederhana. Banyak hal menarik dari urang Sunda, yang terkenal dengan keseniannya, keramahan bahkan kebiasaan urang Sunda yang sulit untuk bergerak alias tidak biasa untuk merantau dan yang paling penting adalah perempuan Sunda yang dinilai cantik, baik dan mudah bergaul namun diembel-embeli dengan Matre, malas untuk bekerja, senangnya meminta uang pada suami bila suka menikah, sukanya hanya dandan dan menghabiskan uang suami, yang paling parah adalah akan meninggalkan suami bila suami dalam kondisi susah. Woooow?????
Aku menyimpan Novel Re: ku, sedikit mengingat yang dapat kuingat, aku berbicara sendiri, ingin aku telpon si Ndul, takut menggangu jadwal bimbingannya sehingga aku berbicara dengan "pasangan setiaku_robusta sidikalang" sambil aku tatap bayangan di cangkirku, benarkah perempuan Sunda serendah itu?Â
Benarkah wanita sunda senang untuk melanggar kodrat wanita yang sudah Tuhan siapkan? Benarkah wanita Sunda tidak memiliki kelebihan selain yang menempel di badan?
Aku tersinggung, saat aku ingat belasan tahun kebelakang, caci maki dan hinaan aku telan, namun tidak aku buang, vice verse aku cerna, aku ingat, dan aku resapi agar aku mampu sebijaksana mungkin menyikapi setiap kata yang disudutkan padaku saat itu.Â
Aku ingin membela diri, bahwa aku tidak akan meninggalkan pasanganku saat dalam kondisi yang tidak baik, namun diujung sana menyangkal "itu karena kamu belum ada pada waktunya", kelak Tuhan buktikan, akulah yang sempat menopang hidup keturunannya.Â
Lalu aku bela diri kembali, aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri, diujung sana kembali menyangkal "kebetulan saja kamu sekolah, coba kalau tidak, kamu sama seperti yang lainnya, hanya bisa menengadahkan tangan dan bagian tubuhmu", aku terhina, kelak aku buktikan aku tak perlu apa-apa dari keturunannya.Â
Ditutup dengan pernyataan , "Berjodoh bukan karena menikah, berjodoh itu adalah sampai maut memisahkan, tak akan lama kalian  bertahan", kali ini aku tak dapat menyangkal, hanya mengheningkan cipta, di kehidupan yang Tuhan sudah berikan, saat seperti ini adalah saat roda diputar kebagian bawah, saat aku harus diinjak, saat aku yang minoritas harus mengakui semua pernyataan mengenai Perempuan Sunda yang terumbar dari kemayoritasan yang dibiarkan terbuka dan terbaca oleh manusia-manusia pemilik satu mata.
Sungguh tidak adil.
Satu hari aku berjanji, bila Tuhan mengijinkan, aku ingin merubah stigma itu, aku ingin perempuan Sunda tidak lagi dipandang sebelah mata, aku ingin perempuan Sunda memiliki cahaya yang mampu menerangi dunia dengan segala kebaikannya.Â
Aku ingin perempuan Sunda mampu terbebas dari mantra sihir jahat yang selama ini dihembuskan. Bahkan aku ingin membuat semua manusia pemilik satu mata, menyesali telah memberikan identitas tersebut untuk kami. Jadi perempuan Sunda adalah takdir Nya, tidak ada yang salah kan?Â
Kalo si Ndul ada disini, pasti ikut komentar dan ingin ditulis juga cuitannya itu....
#21 september 00.37
*Re: adalah Novel luarbiasa yang dibuat oleh Kang Maman Suherman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H