Tangis tak terbendung saat rindu tak tertahan untuk sekedar memeluk dan mendekap erat tubuhmu yang semakin menua, aku bisa apa? tanganku tak sampai untuk menggapaimu. Saat wajah bengis dan nanar seolah mengelilingiku, hanya dalam doaku aku bisa memanggil, berharap Tuhan meneruskan dan membisikkan betapa besar tak terukur cintaku padamu.
Malu untuk sekedar mengakui, tak sanggup untuk membayangkan bila kau tahu kedatanganku hanya untuk mengatakan betapa aku selalu menyakitimu, tak sanggup untuk kuusap airmatamu di wajah yang semakin terlihat keriputmu. Aku tak dapat membahagiakanmu, atau mungkin aku belum bisa untuk saat ini. Gemetar bibirku saat kuingin katakan dan sampaikan dengan lugas segala hal yang terjadi padaku.Â
Tak sampai hati rasanya. Aku siap ya Tuhan untuk menanggung semuanya, sampai detik ini aku tak akan pernah sanggup menyatakan apapun yang tercekat dan terluka dalam hati dan pikiranku.
Aku tahu Tuhan pasti sampaikan, dengan sangat yakin kau tahu aku sangat terluka, suaraku semakin habis, hatiku semakin tak ada rasa, tatapku semakin kosong. Tak ada yang bisa ku bawa untuk menjadi cerita bahagiaku yang akan aku sampaikan kelak.
Gadis kecil tetaplah gadis kecil, yang membedakan adalah perasaan berdosaku yang semakin besar, kebodohan yang sudah aku lakukan menjadi bom waktu yang menunggu saat yang tepat untuk meledak. Berharap tidak melukai siapapun kecuali diriku sendiri, dengan tulus aku sampaikan aku siap menanggung semuanya dan sangat siap untuk terluka. Berharap luka ini dapat mensucikanku kembali.
Wajahmu semakin mendekat, semakin aku merindu.
Kelak pada saat yang tepat, saat aku terbebas akan aku sampaikan semua, setidaknya kau tak akan terluka wahai ibu, ketika kusampaikan berita bahagia dibalik berita burukku di masa lalu.
Kalau boleh aku sampaikan untuk semua perempuan,
Perempuan itu mudah rapuh maka jangan kau bermain dengan tangis.
Perempuan itu mudah terluka maka jangan bermain dengan hati.
Perempuan itu mudah terkoyak maka jagalah "hargamu".