Tak pernah rasanya aku merasakan pada lapisan paling stabil dalam kehidupanku. Saat ini aku merasakan satu hal yang belum pernah ada dalam kamus hidupku. Aku mampu menahan ketinggian ego yang bermain saat hati ini melewati batas, aku mampu mengendalikan rasa saat raga ini ingin ada di ujung bahumu. Bahkan aku dapat membuang rasa cemburuku, semata-mata karena aku sangat memahami siapa aku.
Kau tahu, jauh dilubuk hatiku aku tersiksa, lebih tersiksa saat bergelayut dalam rasa sakit. Saat janji terucap bahwa hanya aku dan sang pemberi kehidupan yang cukup mengetahui, aku akan penuhi janji itu. Bahkan saat sekarang kau mengetahuinya, aku hanya minta, diam. Aku tak mau menjadi malu apalagi hina. Biar Tuhan saja yang menimbang.
Selembar perjanjian telah teruntai, didepan Tuhan aku sampaikan, kodratku tak akan kubantah, takdirku tak akan ku langgar dan nasibku tak akan ku tanya. Â Berharap dengan segala ucapku, segala hal kotor yang sudah kuperbuat, Kau ijinkan untuk bersih kembali.
Aku memujamu bukan karena aku membenci dia.
Segala rekam jejakmu aku yang simpan, kau tak pernah sadar, aku kumpulkan setiap jepretan dari kedip mata tak terbatas.Â
Tak perlu aku untuk memiliki ragamu, diujung sana lebih berhak .
Tak perlu aku memiliki hatimu, biar aku saja yang menumpahkan semua rasa hingga tak ada ruang lagi untuk menyimpannya.
Kau tahu, titik tangis akan kamu, adalah kebahagiaan untukku, setidaknya saat aku diijinkan menatapmu, merupakan dosa halal buatku.
Aku tak mau cinta buta, aku mau cinta beretika.Â
Kelak kalau pun aku menginginkan kamu, aku hanya percayakan pada waktu dan sang pemilik kehidupan.Â
Saat Raga dan Hati boleh jadi milikku.