Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Ceuk Aing Oge Hurung"

12 Agustus 2018   16:17 Diperbarui: 12 Agustus 2018   16:54 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(theodysseyonline.com)

Kepulan asap hitam membumbung luarbiasa, aku sungguh takut, tapi ayah tetap meyakinkanku, diam disini jangan kemana-mana, orang-orang panik kalau kita ikut panik yang ada kita celaka gara-gara orang lain bukan karena kebakaran ini.

Aku ikut saja perintah ayah, sambil berdoa dan menangis aku tak pernah menyangka akan ada kebakaran hebat di sini. 

Tempat tinggalku sangat nyaman dulu, sangat asri dan enak untuk menjadi tempat tinggal, seandainya kebakaran ini menyapu tempat tinggalku aku tidak tahu harus tinggal dimana.

1,2,3 sampai 8 mobil pemadam kebakaran datang.Saat itu belum ada jalan penyambung, sehingga dapat dipastikan titik semprot air hanya dari jalan raya dan bantuan seadanya dari mesjid sekitar. Semua anak, ibu, perempuan sudah diamankan. Hanya tersisa bapak-bapak, anak lelaki dewasa mereka dibantu puluhan petugas Damkar.

Alhamdulillah menjelang magrib api meredup, tugas warga adalah memastikan tidak ada titik api yang akan membesar kembali bila tertiup angin. Kami semua bergotong royong untuk memastikan itu.

(theodysseyonline.com)
(theodysseyonline.com)
Petugas kepolisian sudah mulai ramai untuk mencari tahu penyebabnya, karena kebakaran tadi sungguh luarbiasa, telah menghabiskan semua rumah di sepanjang bibir sungai, tugas Pak Lurah lah yang pusing mencari solusi tempat tinggal untuk mereka.

Karena waktu sudah terlalu malam, proses interogasi warga dihentikan. Kami diharapkan kembali ke pengungsian dan kerumah warga yang masih layak tinggal, termasuk rumahku. Sesak di rumah kali ini sungguh menyenangkan hati karena bisa melihat tetanggaku tidur tenang setelah berjibaku dari siang tadi.

Keesokan hari tiba, tepat saat aku pulang sekolah aku penasaran untuk mencari tahu penyebabnya. Sambil menelusuri puing kebakaran aku hentikan pandanganku pada sebuah rumah gubuk ditengah kebun yang biasanya sepi menjadi sangat ramai.

Ya, rumah kediaman Aki Atma dan Nini Icih.

Polisi, Pak Lurah, Pa RW dan beberapa tokoh masyarakat, termasuk ayah ada disana. Aku putuskan untuk ikut mendengarkan.

Pak Lurah : "Cing, Ki sok caritakeun kumaha, ceuk Ucup, aki ngahurungkeun korek di walungan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun