Angin pagi yang tidak seperti biasanya, menyapa dengan sedikit menyindir. Tak masalah, toh aku pun tak ingin pagi ini dia menyapakku dengan baik.
Dingin menusuk seakan membangunkanku dengan paksa. Memaksa mata untuk segera menyisir sekelilingku atau hanya sekedar memaksa untuk menyadarkan bahwa waktu tak bisa aku bantah.
Entahlah, aku sendiri pun bingung. Betapa semakin hari semakin berat. Banyak hal aku lakukan hanya untuk sekedar menghilangkan ketergantunganku, yang ada malah semakin addict.
Semua serba salah, padahal aku yakin ini hanya rasaku saja. Semua serba menjauh, padahal aku pun yakin ini hanya rasaku saja. Bukankah selama ini memang hanya rasaku saja.
Berat....
Karena aku tidak bisa mengendalikan apa yang seharusnya aku lakukan, entah magnet apa yang diijinkan Tuhan untuk aku nikmati, namun yang pasti aku berat untuk hanya sekedar memicingkan mata agar semua tak terlihat.
Aku begitu menikmati kehadiran nya, padahal aku yakin yang disuguhkan biasa adanya.
Ya...biasa saja untuknya, tak ada yang berlebihan. Sekelabat langkah yang terdengar saja sudah cukup memberikan aku aura hebat sehingga akhirnya aku bisa menarik garis senyumku bahkan gambar hatiku menjadi berwarna.
Laraning lara
Ora kaya wong kang nandhang wuyung
Mangan ra doyan