Mohon tunggu...
Angga Septianto
Angga Septianto Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

Professional Commercial Person. A Moderate and Casual Stock Investor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Buku Nasional dan Ironi Penarikannya

17 Mei 2016   11:47 Diperbarui: 17 Mei 2016   12:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak akan suatu bangsa maju dan menjadi besar tanpa ada di dalamnya orang-orang yang gemar dan rajin membaca buku. Mungkin itulah ungkapan yang cocok dan sesuai dengan peranan buku terhadap sumbangsih dan ilmu yang diberikannya terhadap kemajuan atau perkembangan suatu bangsa.

Beberapa Negara maju seperti halnya Jepang bahkan mewajibkan hampir semua pelajarnya membaca buku sebelum mereka memasuki jam belajar di sekolah. Hampir tidak bisa ditepiskan memang jika kemajuan suatu bangsa turut dipengaruhi oleh minat baca warga negaranya yang tinggi.

Di Negara-negara maju seperti halnya jepang minat baca memang sudah ditumbuhkan sejak dini bagi sebagian warganya. Buku menjadi salah satu hal yang penting untuk diperkenalkan kepada setiap warga Negaranya untuk menumbuhkan kecintaan dan ketertarikan untuk membaca.

Buku sepertinya tidak akan pernah lekang tergerus waktu walaupun saat ini kemajuan teknologi sudah sangat pesat. Gawai yang terdapat di masyarakat serta bermunculannya aplikasi-aplikasi yang memudahkan para pembaca mengakses bacaan dari smartphone nampaknya tidak mempengaruhi peredaran buku saat ini.

Tidak seperti toko-toko penjual kaset musik dan video yang satu-satu mulai gulung tikar karena tidak dapat bersaing dengan industri digital, toko-toko buku masih banyak yang bertahan menjajakan buku-buku terbitan baru dan lama.

Buku dari dulu dianggap sebagai sarana utama atau rujukan nomer satu untuk mencari ilmu melalui berbagai tulisan yang terdapat didalamnya. Ibarat rumah ia adalah jendela bagi kita untuk mengetahui dan juga sekedar melihat apa yang terdapat diluar rumah. Dengan buku kita bisa mengetahui banyak ilmu dan informasi yang sebelumnya tidak kita ketahui.

Oleh karenanya Negara-negara yang maju selalu memiliki minat yang tinggi terhadap suatu buku dan bacaan. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya kita masih jauh dari kriteria negara maju. Bagaimana tidak, minat baca atau ketertarikan orang Indonesia terhadap buku masih dikatakan sangat rendah.

Buku bacaan hanya sekedar konsumsi bagi para pelajar mulai dari sekolah dasar hingga mahasiswa sebagai panduan mereka dalam belajar dan sebagai rujukan ketika mendapat tugas. Selebihnya hanya segelintir orang yang menikmati buku sebagai bahan bacaan.

Padahal dengan banyak membaca seseorang dapat menjadi lebih kritis dalam menanggapi isu-isu di sekitar yang ramai menjadi perhatian. Dengan banyak membaca buku juga kita bisa lebih banyak melihat berbagai kasus atau isu dari berbagai persepektif yang berbeda dan banyak arah tidak hanya satu arah.

Minat baca yang kurang membuat seseorang menjadi apatis, kurang kritis dan cenderung tidak peduli terhadap kondisi yang ada di sekitarnya. Selain itu juga seseorang yang tidak suka membaca buku tentu memiliki lebih sedikit pengetahuan dibandingkan dengan mereka yang menjadikan membaca buku sebagai suatu kebiasaan.

Maka jangan heran heran kalau saat ini Indonesia masih dibilang tertinggal dari Negara-negara tetangganya seperti Singapura atau Malaysia. Itu karena masyarakat kita terutama pelajar-pelajarnya lebih senang menghabiskan waktunya di mall dibandingkan di perpustakaan atau taman membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun