Mohon tunggu...
Hidwar Norseha
Hidwar Norseha Mohon Tunggu... Guru - PNS

Berbuat yang terbaik demi membahagikan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melekatnya Kenangan Anak terhadap Orangtua

9 Juli 2020   19:09 Diperbarui: 9 Juli 2020   19:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang menyebabkan saya kadang tertawa sendiri. Kadang juga merasa kesal bila ada siswa saya yang curhat panjang tentang kehidupan pribadinya.

Kebetulan yang bersangkutan telah lulus kuliah. Karena masih terhubung dengan kontak WA jadi kami kadang masih bisa saling berkomunikasi.

Siswa tersebut menuliskan curhatannya, saat aku mengingat ayah dan ibuku kadang aku tertawa. Meskipun begitu sebenarnya aku seharusnya lebih banyak merasa kasihan daripada sekedar mentertawakan.

Bagaimana tidak, ibu selalu sibuk dengan dunianya  yang penuh dengan pekerjaan sehari-hari. Sebagian besar waktunya digunakan untuk bergosip berjam-jam.

Ketika sudah memegang HP maka bila urusan rumah selesai, ada saja teman ngobrolnya. Tentu saja telpon lewat jaringan media sosial. Kadang lebih sering menggunakan vedio call.

Bila kami, aku dan saudara laki-laki datang ke rumah. Maklum, kini aku telah tinggal di tempat kost, sementara saudara laki-lakiku juga sudah bekerja dan berkeluarga.

Ketika di antara kami ada yang datang, karena beberapa keperluan, ibu sepertinya menunjukkan rasa tidak senang, karena merasa terpotong pembicaraannya.

Ibu tak menyadari sementara ia asyik membicarakan kekurangan orang lain, ia telah membuatku seperti burung yang terbang ke sana ke mari demi menumpahkan isi hati kepada orang lain.

Ayah dan ibuku kadang sibuk berdebat satu sama lain. Jika tidak begitu mereka sedang asyik bergosip dengan teman-temannya.

Jika sudah bosan, mereka akan ke luar rumah. Sementara aku disibukkan dengan kegiatan kuliah, kadang dari pagi hingga malam hari.

Sehingga aku pun jarang melihat ayah. Kebetulan guruku seorang psikolog. Beberapa hari lalu, ia membicarakan tentang pengaruh seorang ayah terhadap kejiwaan anak perempuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun