Perjalanan hidup seorang anak memang ada yang tak mulus. Ada yang beruntung, ada yang buntung. Untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak.
Seperti kisah berikut yang diceritakan teman saya. Kisahnya sangat panjang, semoga kita semua mampu mengambil pelajaran. Dan berhati-hati ketika merawat anak.
Suatu hari, aku terjatuh ke tanah dari ketinggian. Rumahku bertingkat. Dari teras lantai dua, aku terjatuh tak sengaja.
Saat itu usiaku 13 tahun. Tulang belakangku patah, sehingga membuatku jadi orang cacat seumur hidup.
Ketika itu aku dirawat di rumah sakit. Meski menderita sakit patah, belakangan baru aku menyadari bahwa hari-hari di rumah sakit adalah hari-hari terbaik bagiku daripada pulang ke rumah.
Di rumah sakit aku mendapatkan perawatan dari dokter dan para perawat dengan senyum manis dan ramah. Makanan meskipun hambar tetap saja sangat untuk dinikmati.
Setelah pulang ke rumah, orangtua memperlakukanku layaknya sebagai musuh yang sesungguhnya. Mereka sering mengatakan, "Engkaulah biang dari malunya keluarga dan kesialan kami.
Bagaimana mungkin kami mengatakan bahwa kami adalah orangtua dari anak perempuan yang lumpuh? Engkau tetap menipu kami selamanya."
Bukan menghibur atas apa yang aku derita, siang malam mereka malah mengejek aku. Mereka tak pernah berpikir bahwa aku adalah korban dari sebuah kecelakaan yang tak sengaja.
Siapa yang mau mendapatkan kecelakaan yang tak menguntungkan sama sekali? Secara pribadi aku tak bertanggungjawab sama sekali atas apa yang terjadi.
Aku selalu memohon kepada Allah SWT agar diberikan kepadaku kematian dan membebaskan dari kehidupan ini.
Dengan kaki lumpuh, aku selalu memaksakan diri berkeliling rumah dan mengerjakan sesuatu. Aku ingin berusaha semampu bisa agar tak banyak bergantung pada orang lain.