Persinggahan hadir karena ada perpisahan
Perpisahan yang selalu terasa sakit
Sakit yang menyiksa hingga debar jantung tak lagi terasa
Nafas tak lagi dapat diatur
Dan sesak rindu yang selalu mengikatku dalam sebuah kenangan
Udara dingin di musim salju
Menusuk tulang hingga nadiku
Kain wol yang menyelimuti ku tak berasa kan apapun
Hari hari panjang yang terlewati sebelumnya
Membeku enggan untuk menghangat
Hari pertama menjadi anugrah
Hari kedua dan seterusnya menjadi berkah
Dan hari terakhir menjadi perpisahan
Meski sesaat rasa yang kau ukir tak pernah sedikit pun mencair
Janjimu untuk tetap bersama hingga akhir
Menguap bersama salju terakhir di awal musim semi
Sampai detik terakhir pun masih kuyakini ucapanmu
Rayuanmu bagai pesohor pujangga
Janji manis dari kemampuanmu bersilat lidah
Ketulusanku yang seperti bumi menerima segala musim
Siap dihujami siraman air hingga reruntuhan salju yang menutupi permukaanku
Amarahku redam bagai pembiasan cahaya setelah hujan
Kugenggam secangkir kopi yang menghangatkan tubuhku
Mengingat kembali momen disaat salju terakhir turun ke bumi
Sunyi, dingin, hampa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H