Mohon tunggu...
Cicinda putri Marda zulpa
Cicinda putri Marda zulpa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi universitas Andalas

Saya mahasiswi universitas Andalas dari prodi sastra Indonesia fakultas ilmu budaya saya berasal dari Riau, kabupaten kuantan Singingi Hobi saya membaca dan menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegagapan Manusia dalam Mengembangkan Teknologi (Dalam Novel Kerumunan Terakhir Karya : Okky Madasari)

12 Desember 2023   15:14 Diperbarui: 12 Desember 2023   15:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                                                      Kegagapan manusia dalam mengembangkan teknologi

                                                       ( Novel kerumunan terakhir karya: Okky Madasari)

  Novel kerumunan terakhir, realitas sosial yang diusung dalam novel tersebut adalah kegagapan manusia dalam mengembangkan teknologi. Manusia bukan lagi makhluk sosial, melainkan makhluk yang hidup mandiri dan mengutamakan dirinya sendiri. Manusia dicap sebagai makhluk sosial dan tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya orang lain. Realitas ini seakan-akan tinggal masa lalu, sebuah kisah kuno namun kini rapuh dan hampir tidak ada. Faktanya saat ini sudah tidak ada lagi manusia sosial di dunia baru ini. Paradigma tentang manusia sosial runtuh akibat fenomena yang ada dalam masyarakat yaitu munculnya individu. Segala kepentingan dan prioritas berpusat pada diri sendiri (hakikat diri), sehingga label manusia sebagai makhluk sosial pun berubah, bahkan menjadi makhluk individual. Tidak ada lagi dia, kamu, kita, mereka, yang ada hanya aku, aku, milikku. Teknologi cemerlang dan kompleks yang ditawarkan Dunia Baru kepada umat manusia tampaknya menjadi sebuah kecanduan tersendiri, membuat umat manusia seolah-olah buta terhadap kenyataan yang sebenarnya. Di dunia modern, segala sesuatu bisa dilakukan dengan cepat dan tepat tidak ada lagi beban harus berpikir panjang, sehingga jarak yang jauh tidak lagi menjadi kendala. Semua bisa dicapai dengan teknologi, semua bisa diselesaikan dengan teknologi, dan semuanya pasti berkaitan dengan teknologi.

  Melalui tokoh protagonis Jayangara, kondisi sosial di Indonesia dikemas dengan baik dengan penceritaan yang ringkas dan menarik. Kisah cinta Jaya dan Maera hanya menjadi pemanis novel ini, meski terdapat kritik sosial masyarakat Indonesia secara keseluruhan dalam interaksi keduanya. Rusaknya lingkungan sosial yang dilakukan umat manusia membawa penemuan-penemuan baru, seolah-olah bumi membuktikan dirinya sendiri dan mandiri, meski banyak aspek yang harus mempengaruhi bumi ini agar bisa penuh dukungan. Namun, keadaan masyarakat saat ini, meski berada dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi lintasan hidup mereka, tidak lagi diabaikan. Individualitas adalah hal utama yang harus dicapai. Hal-hal yang menyentuh hakikat individu manusia, yang pada akhirnya mengubah hakikat manusia (yaitu sebagai makhluk sosial) yang sebenarnya, tampak pada tokoh ayah Jaya dan Meera. Kedua tokoh ini merupakan tokoh utama yang banyak dibicarakan dalam novel.

  Mulai dari ayah Jaya yang mengutamakan harga diri dan melupakan keluarga, hingga Maera yang bertekad untuk segera kuliah dan lulus sambil bekerja paruh waktu untuk menambah penghasilan. Novel tersebut juga menceritakan bahwa Maera dengan percaya diri dan tegas ingin bekerja di Jakarta, tempat kerja yang terang benderang di malam hari, gedung-gedung tinggi yang megah dan prestise yang tinggi.Realitas dalam novel dipilih oleh penulis Okky sebagai cerminan dari realitas masyarakat saat ini. Kelebihan dari novel ini adalah cerita yang dituturkannya benar-benar mencerminkan apa yang sedang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor inti yang harus diperhatikan dalam mencari solusi terbaik. Bahasanya mudah dipahami dan tidak membuat pembaca merasa bosan.

  Kegagapan yang terdapat dalam novel ini yaitu dimulai dari ayah Jayanegara ia seorang dosen di kampus ternama ia menyalahgunakan teknologi dan tidak menggunakan teknologi dengan baik,ia menggunakan teknologi untuk berselingkuh dengan para wanita dan ia pun memesan wanita malam melalui aplikasi untuk memuaskan hasrat,karena perselingkuhannya tersebut akhirnya ia dan istrinya pun bercerai. Kegagapan selanjutnya yaitu Jayanegara yang belum bisa menerima perkembangan teknologi,ia lebih senang tinggal bersama si Mbah yang jauh dari teknologi setelah Jayanegara mengenal teknologi karena Jay sangat penasaran dengan dunia teknologi akhirnya ia pun mencoba menggunakan teknologi dan tetapi jay pun menyalahgunakan teknologi sama seperti ayahnya,ia sering melihat video porno,memesan wanita malam lewat aplikasi bahkan ia sempat dipenjara karena menyalahgunakan teknologi, ia memfitnah ayah nya dan ia membuat akun berita bernama matajaya,di akun tersebut ia menyebarkan berita yang tidak sebenarnya terjadi tentang ayahnya yang berselingkuh dan tidak bertanggung jawab kepada dirinya dan kepada adik-adik perempuannya serta ia mengatakan bahwa ayahnya sering melakukan kekerasan terhadap mereka tetapi ayah jayanegara tidak seperti yang Jay sampaikan di matajaya sehingga ia dilaporkan oleh ayahnya ke kantor polisi dan membuatnya pun jera akan dunia teknologi dan internet. Berbeda dengan Jayanegara Maera kekasih jay yang sudah lama menggunakan teknologi bahkan ia pun seorang penyiar radio pada saat itu, Maera yang selalu sibuk dengan karir dan selalu ingin mengikuti perkembangan teknologi akhirnya,ia pun lelah dengan dunia tersebut ia meminta kepada Jay agar membawa dirinya ke suatu tempat yang jauh dari teknologi mulai dari handphone, televisi,radio,laptop dan dunia Internet ia ingin hidup tenang tanpa teknologi.

 Pada saat yang sama, satu-satunya kekurangannya adalah karakternya tidak disebutkan di awal novel, yang cukup membingungkan bagi pembaca .Novel ini sangat menyita perhatian pembacanya karena novel ini mengkritisi permasalahan yang ada di masyarakat yaitu teknologi, kepadatan, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan zaman. Novel Ini tidak membandingkan atau memberikan batasan cerita antara dunia nyata dan dunia maya sehingga membuat pembaca kebingungan dengan jalan cerita. Pembaca dibuat bingung dengan cerita yang membedakan dunia nyata dan dunia maya. Okky Madasari melihat hal tersebut terjadi Perkembangan teknologi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia. Cakupannya meluas hingga komponen terkecil. Dari sudut pandang budaya dan pemikiran masyarakat, keluarga, politik, ekonomi, pendidikan,Kejahatan terjadi di masyarakat, Diskriminasi dan bias seksual juga dipengaruhi oleh pembangunan teknologi. Realitas media sosial rupanya menjadi perhatian tersendiri bagi Okky. Dunia yang ditunjukkan Okky sangat mendalam Pandangannya adalah kondisi kehidupan masyarakat di era teknologi yang banyak ditemukan fakta-fakta yang meresahkan. Ibarat masyarakat yang keraguan terhadap realitas, lemahnya kesadaran, budak media sosial, kurang mandiri, dan budaya instan menjangkiti umat manusia. Tanpa pemikiran kritis dan sikap cerdas, generasi ini hanya akan menjadi "alat" dalam kisruh media sosial. fokus, Novel "Kerumunan terakhir" (2016) Okky Madasari menarik bagi masyarakat kontemporer yang hidup di dunia Internet Selalu menggunakan kemampuan berpikirnya untuk merespon tren teknologi. Menjadi bijak dan kritis mendekatkan kita Masyarakat tidak lagi sekedar "mengikuti" atau digiring ke dalam jurang perbudakan media sosial. Jadi, Sebisa mungkin, teknologi dapat dijadikan jembatan menuju masa depan Buat kemajuan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun