Sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya tidak akan baik, karna mengakibatkan anak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan. Seperti halnya cinta, Ketika cinta dipaksakan maka hasilnya akan menyakitkan dan melukai diri sendiri sama halnya dengan belajar, ketika belajar dipaksakan maka akan melukai perasaan dan juga mental seseorang terutama pada anak usia dini.
Melihat seorang anak bisa membaca, menulis dan berhitung merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua, tetapi orang tua juga harus berhati-hati dalam mengajarkannya, karena akan membawa dampak negatif untuk anak kecil. Disini bukan berarti calistung itu tidak baik atau berbahaya, tetapi cara untuk menyampaikan dalam paksaan itulah yang berbahaya. Anak akan kehilangan semangat dalam belajar dan juga malas.
Pada tingkatan PAUD/TK, guru cuman akan mengenalkannya saja dan akan berfokus pada pendidikan karakter seperti mengajarkan bagaimana anak bersosialisasi antar sesama teman, saling memaafkan, saling tolong menolong, sopan santun dan juga saling menghargai. Kita tau bahwa calistung itu penting, tetapi kita juga harus pelan-pelan. Jangan sampai anak merasa kalau dirinya itu ditekan untuk bisa itu semua. Karena di sekolah anak cuman akan dikenalkan dengan huruf dan angka bukan dipaksa untuk membaca dan berhitung.
Di lingkungan saya masih ada orang tua yang memaksakan anak usia dini untuk terus belajar, entah itu harus bisa membaca, menulis ataupun berhitung. Padahal dalam tingkatan PAUD/TK mereka hanya diwajibkan untuk bermain. Supaya sosial emosional, fisik motorik, bahasa, dan kognitifnya itu bekerja dengan sendirinya. Karena dari bermain mereka akan berfikir tentang belajar.
Ketika orang tua mengiginkan anaknya bisa, maka mereka harus membuat anaknya bisa menyukai kegiatan itu dan mencontohkannya, bukan malah memaksakannya. Orang tua juga bisa mengenalkan kepada anaknya sampai anaknya menuju perkembangan dimana dia bisa menyukai membaca. Seperti “ membiasakan memasang kancing baju, secara tidak sengaja anak akan bisa mengetahui kalau ini adalah kancing dan juga mereka akan berinisiatif menghitung jumlah kancing itu”. Tapi kalau memang anak tidak mau ya sudah jangan dipaksa. Biarkan dia melakukan apa yang diinginkan. Karna pembelajaran itu akan di ajarkan ketika anak masuk ke jenjang SD (disitulah umur mereka cukup untuk belajar itu semua).
Di sini orang tua adalah faktor yang lebih utama dalam belajar. Jadi, sebaiknya orang tua memberikan dukungan kepada anak untuk belajar supaya anak senang dan bersemangat. Jangan sampai semangat anak untuk belajar itu hilang. Seperti halnya kaca yang sudah pecah itu sulit untuk disatukan lagi, sama seperti semangat, ketika mereka sudah malas maka untuk mengembalikan semangatnya pun akan sulit.
Jadi, jangan paksa anak untuk melakukan apa yang kita (orang tua) inginkan tetapi anak tidak menginginkannya dan tidak menyukainya. Perhatikanlah kebahagiaan seorang anak. Karena, dimana ada kesenangan disitulah semangat bisa terbangun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H