"We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually honest form to any child at any stage of development." (Jerome Bruner)
Jerome Seymour Bruner (1915 -- 2016), ahli psikologi perkembangan asal Amerika mengemukakan konsep belajar sebagai proses pemerolehan ilmu dengan melewati tiga proses kognitif, yaitu mendapat informasi baru, mengolah atau transformasi dan menguji ketepatannya atau evaluasi. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery).
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Menurut Bruner, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa akan melalui 3 tahapan pokok belajar yaitu:
- Tahap enaktif dimana pembelajaran berlangsung dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata.
- Tahap ikonik yang dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual atau gambar.
- Tahap simbolik melalui simbol-simbol.
Melalui tiga tahap pembelajaran tersebut siswa diharapkan mampu menciptakan pengetahuan mereka sendiri. Penerapan teori kostruktivis Bruner tersebut dapat membuka ruang bagi siswa untuk mengalami pemahaman belajar yang lebih baik melaui pengalaman belajar secara langsung.
Jerome Bruner juga menyampaikan pandangannya tentang spiral curriculum dimana materi pelajaran disusun dan disajikan sesuai tahap perkembangan. Spiral curriculum mendorong penguatan konsep yang dipelajari sebelumnya sehingga secara bertahap membangun pemahaman melalui pembelajaran berulang.
Penerapan Teori belajar Bruner dalam Pembelajaran
Sering disebut bahwa teori pembelajaran Jerome Bruner efektif untuk pembelajaran Matematika guna menjelaskan konsep pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan. Dimulai dengan menampilkan benda-benda konkret untuk memperkenalkan konsep (tahap enaktik) lalu mempresentasikannya dalam bentuk bayangan visual atau gambar /simbol (tahap ikonik), hingga memecahkan masalah matematika tanpa harus melihat benda secara konkrit (tahap simbolik). Namun apakah ketiga tahap ini memang hanya dapat diterapkan di pembelajaran matematika? Bagaimana dengan pembelajaran di mata pelajaran lainnya? Apakah tahap ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran anak dalam keseharian?
Sedikit berbagi, saat saya mebawakan subject Bahasa Inggris bagi siswa kelas 1 Sekolah Dasar misalnya saat mengajarkan materi "Things in the Classroom", ketiga tahapan pembelajaran Bruner ini dapat diaplikasikan untuk mencapai keutuhan pemahaman konsep siswa tentang topik "Things in the Classroom". Dalam tahap enaktif, siswa saya persilahkan untuk mengobservasi ruang kelas untuk melihat secara langsung benda-benda apa saja yang dapat ditemukan di dalam kelas. Siswa dapat melihat situasi nyata tentang apa yang sedang mereka pelajari.
Ketika siswa sudah mendapatkan gambaran real tentang benda-benda di dalam kelas dan mengerti nama-nama benda tersebut dalam Bahasa Inggris, siswa mampu memahami benda-benda tersebut tanpa harus melihat kembali benda aslinya (tahap ikonik). Ketika siswa dihadapkan pada tahap penyebutan nama benda baik secara verbal maupun tulisan melalui gambar  / bukan wujud asli benda tersebut siswa sampai di tahap simbolik. Siswa mengalami pemahaman belajar yang lebih baik karena prosesnya diawali dengan pengalaman belajar secara langsung.
Bagaimana dengan pengajaran hidup keseharian? Apakah teori Bruner tetap dapat diterapkan?