Learning how to learn is a lifelong process. (Kay Peterson)
Belajar bagaimana belajar adalah proses seumur hidup. Begitulah kira-kira makna dari quote Kay Peterson, sang pendiri Institute for Experiential Learning dan konsultan pendidikan ini. Bagi saya dan mungkin juga para pendidik lainnya, sangat berterima pula jika kita mengganti kata belajar dengan mengajar , "learning how to teach is a lifelong process / belajar bagaimana cara mengajar adalah proses seumur hidup".
Mempelajari berbagai teori belajar dari para ahli pendidikan seperti yang telah saya tuliskan di artikel-artikel sebelumnya memperkuat pemahaman saya tentang makna belajar dari berbagai point of view para ahli pendidikan hingga akhirnya ketika saya mempelajari teori belajar menurut Gagne yang mana ringkasan dan refleksinya akan saya sampaikan dalam artikel saya kali ini. Gagne's Nine Levels of Learning menurut saya adalah proses pembelajaran yang ideal meskipun tetap ada pula sisi kelemahannya.
Robert Gagne, seorang educational psychologist asal Amerika, mengemukakan 2 aspek penting pembelajaran yang meliputi Internal Conditions yang berhubungan dengan pengetahuan awal pembelajar, dan External Conditions yang berhubungan dengan stimulus yang diberikan pada pembelajar misalnya instruksi dari guru.
Mengajar merupakan usaha mengontrol kondisi eksternal yang menurut Gagne dijabarkan dalam Nine Instructional Events (Khadjooi, 2011), yang meliputi:
- Gaining attention (Memberikan perhatian)
- Informing the learner of the objective (Menjelaskan tujuan pembelajaran)
- Stimulating recall of prerequisite learning (Menstimulasi pengetahuan yang telah lalu)
- Presenting the stimulus material (Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan)
- Providing learning guidance (Memberi panduan belajar)
- Eliciting the performance (Menampilkan kinerja)
- Providing feedback (Memberikan umpan balik)
- Assessing the performance (Menilai kinerja)
- Enhancing retention and transfer (Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan
Sementara itu, hasil  akhir  dari proses belajar adalah ketercapaian 5 kemampuan yang meliputi verbal information, intellectual skills, cognitive strategies, attitude dan motor skills.
Menerapkan Nine Instructional Events yang dikemukakan Gagne saat saya mengajar Bahasa Inggris untuk siswa kelas 3 Sekolah Dasar mampu memberikan output yang lebih baik. Siswa lebih terlibat selama pembelajaran karena rasa ingin tahu mereka meningkat dan siswa pun lebih bisa berpikir kritis menanyakan segala sesuatu yang mereka pikirkan.Â
Melalui penerapan Nine Instructional Events ini pula saya sebagai pengajar menjadi lebih baik dalam mempersiapkan rancangan pembelajaran (terstuktur) dan proses pembelajaran dapat dengan mudah dikendalikan dan diarahkan sesuai tujuan.
Dalam menyampaikan materi Bahasa Inggris bertema Fable melalui pembelajaran daring, setelah menyapa siswa dan memberikan waktu transisi bagi mereka dalam mempersiapkan diri untuk belajar, saya memulai pelajaran dengan memberikan pertanyaan "Who like reading  story books? Who want to share the story that you have ever read?"Â
Dari dua pertanyaan ini biasanya siswa berebut untuk bercerita bahkan menunjukkan buku yang pernah mereka baca (Gagne Instructional Event 1). Setelah memberikan kesempatan pada beberapa siswa untuk bercerita, saya menyampaikan bahwa pada hari tersebut kami akan belajar tentang Fable termasuk di dalamnya tentang definisi fable, characters, setting, problem and series of events serta moral lesson (Gagne Instructional Event 2).Â
Untuk mengingatkan siswa tentang materi fiction story sekaligus menyampaikan materi di hari tersebut (fable), biasanya saya menampilkan video singkat fable misalnya The Lion and the Mouse dan di akhir penayangan video kembali saya ulas definisi fable (Gagne Instructional Event 3), dan saya jelaskan unsur-unsur dalam fable yang meliputi characters, setting, problem and series of events serta moral lesson (Gagne Instructional Event 4).Â