Mohon tunggu...
Cicilia Ika Mayawati
Cicilia Ika Mayawati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

If you are planning for a year, sow rice. If you are planning for a decade, plant trees. If you are planning for a lifetime, educate people. (A Chinese Proverb that I do agree)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

10 September 2021   08:30 Diperbarui: 15 Oktober 2021   03:25 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Give me a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them up in and I’ll guarantee to take any one at random and train him to become any type of specialist I might select – doctor, lawyer, artist, merchant-chief and, yes, even beggar-man and thief, regardless of his talents, penchants, tendencies, abilities, vocations, and race of anchestors. (Quote by John B.Watson)

Kutipan pernyataan “Bapak Behaviorisme”, John B. Watson tersebut memberikan pandangan bahwa seseorang dapat mengalami proses belajar hingga mencapai tujuan belajar oleh karena adanya pengkondisian dan pelatihan yang diberikan pada seseorang. Watson percaya bahwa semua perbedaan individu dalam perilaku disebabkan oleh pengalaman belajar yang berbeda.

Tokoh behaviorisme lain, Ivan Petrovitch Pavlov, dengan penelitiannya terhadap anjing menyimpulkan bahwa asosiasi penglihatan dan suara dengan makanan menjadikannya tipe pembelajaran yang penting dimana kemudian dikenal menjadi teori pengkondisian klasik. Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010).

Selaras dengan teori tokoh behaviorisme sebelumnya, B.F. Skinner mengemukakan teori pengkondisian operan yang terdiri dari dua konsep utama yaitu penguatan dan hukuman. (M. Asrori, 9: 2008). Siswa menjadi objek pasif pembelajaran yang menerima stimulus pembiasaan.

Pada dasarnya, teori belajar menurut pandangan behaviorisme merupakan perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006).

Pembelajaran dengan menerapkan metode behaviorisme secara drilling / berulang-ulang untuk mendapatkan perubahan sikap yang konsisten sangat sesuai untuk pembelajaran ilmu pasti (khususnya) terutama bagi pelajar usia dini misalnya pada pengajaran matematis, membaca dan menulis, menari, berolahraga, serta penanaman kaidah-kaidah dasar berperilaku. Anak/siswa akan terbiasa menerima input dari pengajar (stimulus) sehingga kecakapan ataupun perubahan sikapnya (respon) dapat diamati dan diukur.  Untuk meningkatkan performa belajar siswa, penghargaan/rewards perlu diberikan dan sebaliknya untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian/perilaku yang kurang sesuai/ tidak diharapkan maka diberikan penghargaan negative/punishment.

Stimulus yang diberikan secara berulang dengan tujuan agar diserap baik oleh pembelajar mengkondisikan siswa menjadi pembelajar pasif yang harus selalu siap menerima input dari pengajar. Hal ini tentunya tidak akan memberikan pengalaman belajar yang  menarik dan variatif. Proses pembelajaran akan cenderung bersifat otoriter dan komunikasi yang terbangun lebih bersifat satu arah. Dalam penerapan teori belajar behaviorisme, siswa sebagai objek pembelajaran akan menerima semua pembelajaran dari pengajar sehingga siswa dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuk/pengajar, apa yang dipahami oleh pengajar maka itulah yang harus dipahami oleh siswa.

Implikasi pembelajaran teori behaviorisme yang bersifat otomatis mekanis dalam menerapkan stimulus dan respon menempatkan pengajar maupun pembelajar pada aturan yang ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi hal yang sangat esensial sehingga kontrol belajar harus benar-benar ditegakkan oleh sistem di luar pembelajar. Ketika ketaatan pada aturan dapat ditegakkan maka pembelajaran dengan metode behaviorisme ini akan mampu mewujudkan goal dari pembelajaran materi ilmu pasti (khususnya) terutama bagi pelajar usia dini misalnya pada pengajaran matematis, membaca dan menulis, menari, berolahraga, serta penanaman kaidah-kaidah dasar berperilaku yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

Dalam menerapkan teori behaviorisme selama proses pembelajaran, pengajar perlu melakukan beberapa langkah umum diantaranya adalah :

  1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
  2. Melakukan analisis pembelajaran
  3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
  4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar. 
  5. Mengembangkan bahan ajar  (pokok bahasan, topik, dll)
  6.  Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu)
  7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan sejenisnya)
  8.  Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
  9. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif, serta
  10. Merevisi kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997: 27).

Dalam konteks pembelajaran mandiri di masa pandemik saat ini, konsep behaviorisme yang menekankan pada stimulus dan respons memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Pembelajaran online membuka peluang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan melalui kebebasan pencarian sumber pembelajaran. Pendidik dalam hal ini menetapkan sistem pembelajaran dan menerapkannya secara sistematis, sementara pembelajar diharapkan mampu mengikuti sistem yang telah ditetapkan. Namun pada prakteknya, oleh karena pengajar dan pembelajar tidak melaksanakan pembelajaran secara langsung (tatap muka) maka keterbatasan pemberian stimulus dan juga pengamatan/pengukuran respons peserta didik tidak dapat diukur secara tepat dan pasti.

Rujukan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun