Lelaki paruh baya itu selalu lincah melambaikan tangan dengan sigap, mengatur lalu lintas di perempatan Pasar Pal Depok. Namanya Pak Sapri, terlihat dari deretan huruf yang terbordir di seragam coklat susu yang telah memudar. Sosoknya begitu akrab karena setiap hari baik berangkat atau pulang kerja, saya melihat Pak Sapri selalu semangat mengatur kendaraan yang lalu lalang disitu.
Aah.. apa sih istimewanya Pak Sapri?
Bukankah memang seperti itu tugas seorang Polisi?
Ya..sekelebatan pandang,saat melihat seragam yang dikenakannya semua orang pasti mengira dia seorang Polantas yang bertugas, tapi Pak Sapri bukanlah seorang Polisi, beliau hanyalah masyarakat biasa yang mengabdikan dirinya menjadi Banpol yaitu Pembantu Polisi. Tugasnya adalah membantu Pak Polisi mengatur lalu lintas di sekitar perempatan Pasar Pal Kelapa Dua Depok.
Di mataku,sosok Pak Sapri begitu berkesan, setiap kali kumelewati jalanan itu,beliau selalu sigap mengatur lalu lintas, bahkan tak segan-segan menegur dengan sopan namun tegas para pengendara yang seenaknya berlalu lintas, terlebih para supir angkot yang sering ngetem (memberhentikan mobilnya di sembarang jalan untuk mencari penumpang) disitu.
Semangatnya yang melebihi para Polisi yang turut bertugas di Sekitar lokasi itu yang membuat kagum. Pagi hari ketika keadaan jalan sedang ramai-ramainya dan disaat beberapa polantas masih sarapan atau minum Kopi sambil menghisap rokok di Pos Polisi yang ada tak jauh dari perempatan itu, Pak Sapri sendirian dengan lincah dan gesit mengatur kondisi jalan. Saat saya melihatnya sepulang kerja menjelang Magrib, beliau masih setia mengatur kendaraan di jalan itu, bahkan saat hari Sabtu atau Minggu pernah beberapa kali saya melintasi jalan itu di siang yang terik, beliaupun masih sigap disitu.Pernah suatu sore di suatu hari ketika hujan lebat, saya melihat Pak Sapri seorang diri tetap semangat mengatur jalan dengan plastik terpal yang dijadikan sebagai Jas Hujan, membalut badannya agar terlindung dari hujan yang cukup deras.
Suatu ketika sepulang kerja, saya sengaja turun dari mikrolet di perempatan tempat ia setia bertugas dan berniat untuk sejenak menyapanya.Dari seberang jalan saya berdiri persis di dekat pos polisi lalu memanggilnya setengah berteriak di tengah suasana yang bising sambil melambaikan tangan kearahnya.
"Pak Sapri... nggak capek? Boleh nggak ngobrol sebentar??"
Dengan lugas dan tanpa basa basi beliaupun menjawab sambil menggelengkan kepalanya,
"Enggak neng..!! saya lagi tugas nih..!!"
"Wah saya ditolak", gumamku dalam hati sembari tersenyum tak sedikitpun melepaskan pandang pada Pak Sapri yang sungguh serius mengayun ayunkan tangannya mengatur jalan. Saya pun memutuskan menunggunya beberapa saat di Pos Polisi itu yang kebetulan sepi, berharap dia mau menghampiri saya dan sekedar bercengkrama dan menikmati air mineral dan sebungkus gorengan yang saya bawa untuknya. Benar saja,kurang lebih lima belas menit menjelang Magrib,disaat keadaan jalan mulai berangsur lengang, beliau berjalan ke arah pos Polisi dan menghampiri saya telah menunggunya.