Mohon tunggu...
Cicik Retnowati
Cicik Retnowati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga dengan 2 orang putra. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain adalah salah satu motto hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Dagang Agama

29 Mei 2014   06:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedih rasanya mendapati bangsa yang katanya besar ini semakin menjadikan agama (Islam) sebagai dagangan politik praktis. Materi pesan-pesannya (mereka gak mau disebut kampanye karena belum waktunya. Padahal sama saja) selalu berputar di isu yang entah sengaja atau tidak, dibenturkan dengan agama, Sebut saja Syiah. Atau kalau gak gitu masalah ras.

Contoh soal: "Kalau tidak memilih capres A nanti akan banyak orang abangan di tubuh pemerintahannya, dan Syiah akan merajalela". atau kalimatnya begini "Capres B itu ternyata keturunan Cina, pantesan dulu wakil-wakilnya selalu ada hubungannya dengan Cina. Jadi jangan pilih capres B ya. Nanti negri kita akan dikuasai Cina".

Saya bukan pendukung B atau hendak mencela A. Tapi saya agak prihatin dengan sikap mereka (semua. A dan B). Ayolah berkampanye yang mendidik ummat. Beri edukasi politik yang benar. Tidak sekedar memberi label negatif. Kalau baik, tunjukkanlah kebaikannya di mana, apa visi dan misi masing-masing, kebijakan-kebijakan politik apa yang akan dipakai untuk menyelamatkan bangsa dan generasi, dan seterusnya. Masalah agama bukan soal Syiah dan etnis. Malah gak ada hubungannya sama sekali dengan etnis tertentu (menurut saya).

Sebegitu takutnya kita (ummat Islam di Indonesia ini) kepada syiah, padahal sekuler jauh lebih mematikan dan menghilangkan nyawa Islam itu sendiri. Sebegitu khawatirnya kita dikuasa Cina, padahal sejak negri ini "merdeka" kita nyata dikuasai kapitalis liberal (asing maupun lokal) yang semakin menggurita. Mana harta yang seharusnya milik kita benar-benar kita yang menguasainya?. Selalu berdalih kita tak punya teknologinya. Bukankah harusnya dipikir balik, kalau memang kita gak punya teknologi, maka bagaimana caranya kita memiliki teknologi tersebut.

Sekali lagi saya bukan pendukung B dan tak ingin mencela A. Saya adalah anak bangsa yang inginkan negri ini benar-benar merdeka.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun