Mohon tunggu...
Cicik Retnowati
Cicik Retnowati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga dengan 2 orang putra. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain adalah salah satu motto hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

#saveRisma, Bukti Konkret Krisis Kepemimpinan

8 Maret 2014   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum ini,selain warga Surabaya tak banyak yang mengenal sosok Tri Risma Harini atau yang akrab disapa Bu Risma. Itu dikarenakan minimnya pemberitaan tentang Beliau. Padahal segudang prestasi telah diraih perempuan kelahiran Kediri, Jawa Timur, pada 20 November 1961 -52 tahun yang lalu-ini dalam sepak terjangnya memimpin kota Pahlawan tersebut. Berbagai persoalan pelik kota Surabaya coba beliau selesaikan satu per satu. Mulai dari tata letak kota, penghijauan, banjir, hingga yang terakhir dan menurut saya spektakuler adalah rencana Beliau menutup kampung prostitusi terbesar se-Asia “gang Dolly”. Saya katakan spektakuler karena sejauh ini tak ada yang mengusik “ketenangan” gang Dolly di bumi para wali ini. Ironi. Karena, kalaupun toh ada, hanya sekedar wacana dan akhirnya selalu hilang ditelan bumi. Sementara Bu Risma dengan lantang menyatakan dengan pasti bahwa Gang Dolly harus ditutup.

Sejak program acara “Mata Najwa” yang digawangi oleh presenter Najwa Shihab menghadirkan Beliau sebagai nara sumber dalam salah satu episodenya, sontak publik Indonesia memandangnya dengan penuh takjub. Bagaimana tidak, di tengah pemberitaan media tentang tindak korupsi beberapa pemimpin daerah, pejabat, bahkan wakil rakyat, ternyata ada sosok pemimpin kota yang tampak sederhana. Jauh dari kesan mewah.

Terlepas dari berbagai analisa politik dan kontroversinya, gerakan #saveRisma bagi saya ini adalah fenomena. Rencana Beliau mengundurkan diri, walau akhirnya urung, tak pelak mendapat berbagai respon positif maupun negatif. Bagi masyarakat Surabaya, sosok Risma sudah melekat di hati sebagian besar dari mereka. Tegas, cerdas, jujur, dan bersikap apa adanya begitu tampak alami jauh dari kesan pencitraan. Itu yang membuat mereka mencinta. Nah, di titik inilah pointnya. Satu hal yang jarang dijumpai ada pada pemimpin masa kini di negri yang konon katanya gemah ripah loh jinawi ini. Padahal, menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Risma tersebut adalah hal yang memang wajar dilakukan oleh seorang pemimpin. Karena, tugas seorang pemimpin memanglah melayani rakyatnya. Bukan dilayani rakyatnya. Tapi, kenapa ini menjadi begitu istimewa?. Ya, karena tak banyak sosok pemimpin di negri ini yang menghadirkan diri sebagai seorang pelayan. Inilah yang menjadi problem akut Indonesia. Tak kurang berbagai program digembar-gemborkan pada saat kampanye pemilihan, tapi nyata jauh panggang dari api. Alih-alih mensejahterakan dan memberi teladan bagi rakyatnya. Yang ada, sebagian besar pemimpin negri malah menebalkan kantong sendiri dan membela kepentingan korporasi. Sehingga, ketika hadir orang-orang tulus seperti beliau, masyarakat pun tak rela melepaskan begitu saja. Karena, ini adalah “barang langka”.

Sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan buat kita semua. Apalagi jelang “pesta rakyat” 9 April nanti. Mudah-mudahan memang akan menjadi pesta rakyat, bukan pesta partai. Mudah-mudahan juga akan menjadi kemenangan rakyat, bukan kemenangan partai. Harapan besar bagi seluruh penduduk Negri Khatulistiwa ini adalah lahirnya pemimpin-pemimpin yang sanggup melayani dengan hati.

*) Sumber foto: http://www.enciety.co/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun