[caption id="attachment_245257" align="alignleft" width="300" caption="http://www.google.co.id/imgres"][/caption] Lebaran masih minus sepuluh hari lagi akan tetapi kesibukan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 H tahun ini, sudah terasa sekali. Pasar sudah mulai menggeliat, ramai dengan pernak-pernik keperluan lebaran mulai dari baju, sepatu, aksesoris, kue-kue, sampai pada perhiasan. Baik pasar tradisional maupun mall-mall para pengunjung sudah mulai berdesakan. Lebaran adalah hari istimewa yang senantiasa dinanti setelah menunaikan ibadah Puasa Ramadhan sebulan penuh. Di Jawa Timur ada tradisi yang sangat dinantikan oleh anak-anak setiap lebaran tiba, namanya unjung-unjung. Istilah ini sepertinya berasal dari kata kunjung atau mengunjungi, sehingga muncullah istilah unjung-unjung. Pagi hari pada tanggal 1 Syawal Umat Islam menunaikan ibadah Sholat Ied (Idul Fitri) yang dilakukan secara berjamaah di halaman masjid atau tanah lapang guna menyempurnakan ibadah Puasa Ramadhan yang telah dilakukan selama satu bulan penuh, yang diakhiri dengan panjatan doa bersama serta ucapan syukur atas segala nikmat Allah SWT. Sepulang dari Sholat Ied biasanya dilanjutkan dengan acara nyekar bersama ke makam keluarga untuk mendokan agar ahli kubur (orang tua, saudara, anak, dst) diberikan tempat yang layak di sisiNya. Setelah sampai di rumah acara selanjutnya adalah sungkeman dan bermaaf-maafan dengan seisi keluarga, mohon maaf atas segala kesalahan dan khilaf serta saling mendoakan agar semua anggota keluarga diberi kesehatan, keselamatan, penuh berkah, anak-anak diberikan kepandaian dan selalu berbakti kepada orang tua. Acara keluarga diakhiri dengan menyantap makan pagi bersama yang biasanya dengan hidangan special hari raya yaitu ketupat lebaran. [caption id="attachment_245265" align="alignright" width="323" caption="http://www.google.co.id/imgres"][/caption] Nah, setelah semua acara tersebut berakhir, satu-satunya acara yang dinanti-nantikan anak-anak adalah acara unjung-unjung. Tanpa perlu ada yang mengintruksi, mereka kontan saling berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil teman sebaya mengunjungi orang-orang tua di kampung. Mereka biasanya disuguhi kue-kue, permen, dan minuman yang manis-manis. Tentu saja yang mereka tunggu adalah pemberian sangu. Biasanya uang sangu ini adalah uang yang masih baru dengan nominal seribu, dua ribu, lima ribu, atau sepuluh ribu rupiah. Dari pintu ke pintu mereka mengumpulkan uang sangu tersebut hingga dalam jumlah yang lumayan banyak. Dengan wajah-wajah yang sumringah mereka menghitung lembar demi lembar uang sangu yang didapat. Hal inilah, acara yang hanya ada pada saat lebaran tiba, adalah acara yang sangat dinanti-nantikan itu. Para orang tuapun dengan senang hati menyediakan uang recehan ini untuk menyenangkan hati anak-anak sekaligus bersodaqoh.. Makanya setiap menjelang lebaran, selama sebulan masyarakat berupaya melakukan penukaran uang kertas baik melalui bank-bank terdekat, bahkan harus rela melakukan penukaran uang melalui jasa penukaran uang di pinggir jalan dengan potongan harga yang lumayan tinggi, konon nilai tukarnya di luaran jika lebaran sudah semakin dekat begini sampai pada Rp 125.000,00 per seratus ribunya. Bayangkan berapa keuntungan yang mereka raup untuk jasa penukaran ini, fantastis! Itulah hebatnya acara unjung-unjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H