Mohon tunggu...
Sri Budiarti
Sri Budiarti Mohon Tunggu... Guru - Sesekali saya suka menulis meski dengan kemampuan yang terbatas.

A Drop of ink can move a million people to think

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta#13

5 Agustus 2010   22:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sinar matahari sore menyeruak di antara dedaunan dan lebatnya Bunga Cassia, bias jingga menerobos melalui kaca jendela setelah gorden merah bata kamar itu tersingkap lewat jari-jemari lentik Rindu di lantai dua Puri Nendra Bungalow. Bau tanah basah karena guyuran hujan semalam lekat tercium begitu daun pintu terbuka, menebar aroma khas. Menyiratkan secercah harapan baru, terbaca jelas di garis bibir Rindu yang sempat senyum simpul.

Hari ini, genap sudah sepekan lagi pesta perkawinannya harus terlaksana. Jika saja semalam Susan tidak menelponnya, sudah dipastikan Rindu masih berada di rumah menenggelamkan dirinya di antara bantal-bantal kamar tidurnya, bukan di bungalow ini, dan sudah dipastikannya pula Rindu akan mengirim permohonan maaf kepada keluarga, kerabat, para sahabat, kolega, dan tamu undangan yang telah diundangnya.

Yup! Sekali ini saja. Masih ada harapan, dan harapan itu harus dijemputnya malam ini. Bisa saja semua bayangan calon mempelai lelakinya yang kandas, Michael, Reza, dan Heru menertawai dan mencibirnya. Aryo yang pada masa lalunya sempat menggetarkan hatinya ternyata saat ini tak sanggup menggetarkan hati Rindu. Wajah Aryo yang tampan dengan tubuh atletisnya telah menyurutkan perasaan Rindu ketika tahu bahwa Aryo mempunyai kelainan yang tak bisa ditoleransinya. Ya, Aryo menderita kelainan biseksual.

Namun kali ini…, demikianlah feeling Rindu berkata lain. Entah mengapa Rindupun tak tahu pasti. Mungkin kata-kata Susan kemarin yang membulatkan kembali harapannya.

Rin, masih ingat Puri Nendra Bungalow-nya Om Welly kan?”

Yang di Ubud itu?”

Ya.”

Hmm..ada apa San?”

Besok kita ketemu di sana.”

Hey! Edan kamu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun