[caption id="attachment_209424" align="alignleft" width="305" caption="http://www.google.co.id/imglanding?q=memberikan%20pujian%20pada%20anak&imgurl"][/caption]
Ayoooo siapa yang tidak senang dipuji? Meskipun segala bentuk pujian hanya pantas kita tujukan padaNya, Allah SWT, pencipta alam semesta dan seisinya. Pujian antara sesama manusia tak kalah pentingnya karena dapat merupakan suatu motivasi yang dapat berdampak luar biasa. Seperti jika sahabat kompasianer memberikan apresiasi (komentar atau rating ) pada tulisan-tulisan kita. Sesungguhnya segala bentuk pujian diharapkan dapat memberikan motivasi dalam belajar dan berkarya agar menjadi lebih baik.
Dalam dunia pendidikan, istilah untuk pemberian pujian adalah penguatan (reinforcement), yang berarti segala bentuk respons yang merupakan modifikasi tingkah laku yang berasal dari guru/orang tua/ lingkungan terhadap siswa dengan tujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) baginya atas suatu perbuatan sebagai suatu motivasi atau koreksi. Dapat juga penguatan berarti suatu respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut yang dimaksudkan untuk memberi ganjaran atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat lagi berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.
Penguatan dapat diberikan secara verbal dan non verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, selebihnya dapat berupa sentuhan, memberikan kegiatan yang menyenangkan, atau pemberian hadiah atau simbol-simbol tertentu. Misalnya di kelas Dinar seorang siswa yang nakal, suka mengganggu teman-temannya, dia juga jarang menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Belum tentu Dinar bodoh, perlu ditelusuri dahulu apa penyebab dari perilaku siswa tersebut, jangan-jangan malah gurunyalah yang cara mengajarnya membosankan.
Namun lepas dari itu, jika kita mengharapkan terjadi perubahan pada siswa tersebut, carilah penyebabnya. Berikan penguatan sesuai kebutuhannya. Satu contoh bisa saja berupa kata pujian “Kamu sesungguhnya anak pintar, hanya…”atau “Yang rajin belajar ya Dinar….” Malah tidak dibutuhkannya. Ada kasus dimana siswa lebih senang diberi penguatan berupa kata-kata halus dibarengi sentuhan, menilik ada kemungkinan siswa mendambakan bentuk kasih sayang dari orang lain (guru) yang ternyata tidak didapatkannya di rumah, karena orang tuanya sibuk bekerja.
Pernah suatu kasus orang tua siswa sampai meminta tolong saya, karena putrinya tidak mau bicara terus terang ketika suatu hari tiba-tiba jalannya pincang. Segala cara sudah dilakukan tapi sang anak tetap berkelit dengan alas an-alasan yang tidak relevan. “Tolong, bu guru. Anak saya diajak bicara mengapa jalannya sampai pincang begitu. Mungkin sama ibu dia lebih terbuka.” Katanya melalu telpon. Ketika saya tanyakan padanya secara pribadi sang anak dengan menangis mengatakan bahwa dia terjatuh dari sepeda saat ayahnya pergi menjembut ibunya pulang kerja. Nah, tentu saja dia takut, lah wong disuruh belajar malah bermain sepeda. Akhirnya orang tua menyadari bahwa penting memberi ruang pada anak untuk dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya, mau berbicara jujur, dan memberikan perhatian lebih.
Kalau untuk para sahabat kompasianer, masih butuh atau tidak pemberian penguatan? Masih perlu apa tidak pemberian pujian pada tulisan-tulisannya? Masing-masing…tentu punya jawaban, perlu atau tidaknya. Tapi saran saya ( kan bu guru? Narsis lagi nih, hi…hi….) jangan pelit ya memberikan apresiasi kepada para sahabat kompasiana lainnya… agar mutu tulisan kita semakin bagus (terutama saya yang masih taraf belajar) dan ajang kompasiana kian seru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H