dok.Thinkstock
Dalam kehidupan rumah tangga, seorang wanita memang tidak berkewajiban untuk mencari nafkah. Namun bagi sebagian wanita berpendapat bahwa mereka juga harus mandiri secara finansial. Seringkali setelah menikah seorang wanita dihadapkan pada pilihan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya atau menjadi ibu rumah tangga yang memiliki jenjang karier. Dilema ini muncul karena pertimbangan jenjangpendidikan yang telah ditempuh selama ini. Sebagian orang menyayangkan tingginya jenjang pendidikan kalau hanya berakhir menjadi seorang ibu rumah tangga yang hanya berkutat di rumah. Ilmu yang didapat saat menempuh pendidikan akan lebih bermanfaat dan menghasilkan uang bila diaplikasikan dalam dunia pekerjaan. Oleh karena itu sebagian wanita akhirnya memutuskan untuk bekerja daripada menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Banyak alasan yang dikemukakan seorang wanita ketika lebih memilih untuk berkarier, seperti alasan finasial keluarga yang belum mampu tercukupi oleh suami, ingin mengabdikan ilmu yang telah diperoleh saat menempuh pendidikan, anggapan kalau wanita bekerja akan memperbaiki sosialisasi dan status sosialnya atau karena bosan dengan rutinitas di rumah.
Memang secara kodrat, seorang istri akan lebih mulia bila dapat mengurus rumah tangga sepenuhnya. Namun semua pilihan ada ditangan istri. Bagi wanita karier berkurangnya waktu untuk keluarga akan menjadikan sebagian urusan rumah tangga dialihkan kepada pembantu rumah tangga. Bahkan ada pula yang sepenuhnya dialihkan kepada pembantu rumah tangga sementara sang istri fokus dengan kariernya. Sungguh ironis memang bila tugas utama kita sebagai wanita diserahkan begitu saja kepada orang lain dan kita fokus dengan tugas yang lain.
Sebagian wanita yang lain lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. melayani suami dan mengurus buah hati sepenuhnya. Ladang ibadah seorang istri adalah di rumah. Seluruh ilmu, kasih sayang dan energi terfokus untuk kemajuan dan peningkatan kualitas anggota keluarganya. Menjadi magajer untuk setiap kegiatan anggota keluarganya.
Namun apa jadinya bila kita sebagai wanita mampu berkarier dengan baik tanpa kehilangan fokus dalam mengurus rumah tangga? seorang wanita bisa tetap berkarir didalam rumah. Bisnis rumahan dapat menjadi alternatif pilihan, bisnis online, bisnis makanan, bisnis kreasi tangan, bisnis affiliasi, bisnis MLM, bisnis laundy, bisnis fotocopy atau warnat, bisnis atau sekedar membuka toko didepan rumah. Dengan begitu seorang istri akan dapat tetap melayani suami dan mengurus anak sambil menjalankan bisnisnya. Rumah tangga tetap menjadi fokus untuk diurus sementara penghasilan tambahan juga akan diperoleh.
Seorang wanita harus mandiri secara finansial agar bisa membiayai diri sendiri, tambahan uang untuk kebutuhan keluarga serta agar bisa berbagi untuk sesama. Tidak hanya itu kadang kala ayah dan ibu kita ataupun saudara-saudara kita memerlukan bantuan keuangan darurat, tentu akan lebih baik bila kita mampu untuk membantu mereka tanpa harus meminta kepada suami. Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah impian dari setiap ibu. Keluarga terurus, keuangan terpenuhi, dan aktualisasi diri tercapai. Untuk mejalankan ini tentu tidak mudah dan kita perlu terus belajar. Apapun yang kita pilih semoga kita selalu mencintai apa yang kita kerjakan dan mengerjakan apa yang kita cintai.
tangan seorang ibu itu seperti seribu,
kakinya kuat seperti akar tunggang yang menopang tingginya pohon
tak pernah ibu mengatakan 'aku lelah dengan semua ini'
mengurus ini itu kebutuhanmu anak-anakku, melayani segala pintamu wahai suamiku,
peluh ini tiba-tiba mengering sebelum benar benar jatuh
tak pernah juga air mata keluar sebagai penyesalan
berulang kali Ibu menjadikan tanganya sebagai kaki untuk mengejar waktu
tak jarang kakinya dijadikan kepala juga untuk membantu memecahkan masalah pelik rumah tangga
bagaimana carananya keluargaku harus mendapat yang terbaik dariku, Ibu mereka
menjadi madrasah pertama dengan segudang ilmu untuk anak-anakku
(I always love you, Ibuk. Tidak ada kata yang bisa mewakili kecintaanku untukmu)
cicik ida, 7/3/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H