Mohon tunggu...
Marshyanda Karina Bethari
Marshyanda Karina Bethari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia

22 Agustus 2023   12:04 Diperbarui: 24 Agustus 2023   06:13 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penggunaan transportasi pribadi yang kian meningkat dari tahun ke tahun adalah salah satu sumber polusi udara terbesar di dunia. Negara negara besar menggunakan transportasi umum berbasis rel jauh sebelum Indonesia. Dikarenakan hal tersebut, lantas Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membangun transportasi publik berbasis rel di Indonesia seperti KRL maupun MRT yang sudah mulai digunakan banyak orang. Namun apakah hal tersebut dapat mengatasi masalah dengan baik?

Berdasarkan pengamatan, transportasi umum berbasis rel tentunya memiliki dampak yang baik maupun buruk. Dampak baiknya adalah, berkurangnya polusi terutama di kota kota besar yang padat penduduk dan juga kemacetan yang berkurang. Selain itu transportasi umum berbasis rel memiliki kapasitas yang besar, ramah lingkungan karena emisi rendah, konektivitas antar kota entah dalam jarak dekat maupun jauh, transportasi dengan tingkat kecelakaan rendah dan lebih menghemat biaya jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi

Namun, banyak pro maupun kontra yang terjadi terhadap transportasi berbasis rel ini. Kontra yang terjadi adalah pembangunan transportasi berbasis rel ini hanya di kota kota besar saja, padahal kota kota kecil mungkin juga sama butuhnya terhadap transportasi tersebut. Selain itu, banyak pihak menyayangkan karena jumlah lahan yang semakin menipis jika terus ditambah dengan transportasi berbasis rel tersebut. Selain hal itu, sistem rel kereta api memiliki rute yang tetap dan terbatas sehingga susah untuk menjangkau area atau daerah daerah terpencil diakibatkan oleh terbatasnya rute rel tersebut.

Jadwal kereta api yang ketat juga menjadi topik pro dan kontra karena dirasa kurang fleksibel namun di sisi lain juga itu adalah hal yang dapat diandalkan terutama bagi masyarakat yang memiliki sifat untuk memanajemen waktu mereka, dan transportasi berbasis rel adalah hal yang cukup menarik bagi masyarakat dengan sifat tersebut. Lalu juga kepadatan penumpang kereta di saat hari hari tertentu atau jam jam tertentu dapat dikatakan sebagai kontra, contohnya Kota Surabaya. Banyak masyarakat dari Sidoarjo yang bekerja di Surabaya tetapi menggunakan kendaraan pribadi karena terbatasnya tempat di dalam transportasi umum berbasis rel tersebut padahal penumpang menggunakan angkutan umum berbasis rel dari pengguna mobil pribadi terhadap perjalanan harian sebesar 1.361.

Mungkin, ada kereta lokal yang melayani tujuan antarkota dalam jarak dekat, tetapi masyarakat khususnya pelajar maupun pekerja kantoran membutuhkan transportasi yang lebih cepat dan nyaman seperti MRT dikarenakan kereta lokal sangat terbatas kursinya maupun pula jadwalnya dan mengharuskan para penumpang untuk berdiri sehingga mereka tidak bisa mengerjakan hal lain, padahal salah satu tujuan menaiki transportasi umum adalah agar para penumpang dapat melakukan tugas mereka secara multitasking. Namun, dengan adanya Transportasi berbasis rel di seluruh Indonesia akan sangat membantu para masyarakat terutama kalangan pelajar dan pekerja kantoran.

Sumber : http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/58002

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun