SELEPAS Lebaran kemarin, banyak sekali yang mengadakan reuni atau temu kangen. Yakni bertemu dengan teman-teman lama saat di sekolah ataupun di perguruan tinggi dan organisasi. Saya melihat adanya reuni itu di surat kabar, spanduk-spanduk di jalan, hingga jejaring sosial. Banyak undangan ataupun hasil pertemuan reuni yang terpajang di wadah komunikasi di atas. Dan saya pun ikut larut dalam kegiatan reuni juga. Ya, sepekan sebelum acara reuni, saya mendapat informasi dari seorang rekan lewat jejaring sosial yang mengundang untuk hadir di acara reuni SMA. Saya diminta menyebarkan informasi ini ke teman-teman lainnya. Dan informasi pun tersebar. Tiba di acara reuni, saya banyak melihat rekan semasa SMA yang hadir. Dan jujur saja, wajah mereka sungguh membuat saya pangling. Mungkin karena lebih dari belasan tahun tak jumpa, dan juga terjadi perubahan pada bobot tubuh yang rata-rata telah mengalami "kemakmuran". Saya juga melihat banyak perubahan dari teman-teman yang dulunya dikenal badung saat sekolah, kini tampak perubahan 180 derajat, yang tentunya menuju ke arah yang lebih baik. Alamdulillah. Meskipun hanya sekitar tiga jam bertemu, rasanya mengenag saat sekolah dan membicarakan kondisi yang kini ada menjadi terlalu singkat. Tapi saya memaknai reuni ini sebagai sebuah silaturahmi yang lama telah putus oleh ruang dan waktu. Dan rupanya acara reuni ini pun menjadi perhatian seorang kawan baru di jejaring sosial yang berencana membuat semacam survei atau polling. Dia ingin mengetahui apa makna dari reuni tersebut, apakah hanya sebatas kumpul-kumpul dan mengenang masa lalu, atau ada esensi lainnya yang justru menimbulkan efek tak baik, misalnya CLBK (cinta lama bersemi kembali). Saat ditanyakan hal tersebut, saya langsung tertawa. Saya menegaskan bahwa esensi reuni adalah silaturahmi. Bukankah semakin banyak kita memiliki teman, makin menambah persaudaraan, dan persaudaraan ini menambah rasa kebersamaan untuk berbagi. Dan menurut saya lagi, kalaupun ada hal-hal lain yang sifatnya negatif, mungkin sebaiknya dienyahkan atau dikubur saja ketimbang membuat persoalan baru. Bukankah setiap insan ingin hal yang lebih baik di kehidupannya? Jadi, saya menyimpulkan agar jangan takut untuk mengadakan reuni berlandaskan azas silaturahmi dan bermuatan positif. Setuju kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H