Mohon tunggu...
Serafica Gischa
Serafica Gischa Mohon Tunggu... -

write adict | photograph adict | music adict | vintage lover | and Love You :D

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cintai Negara lewat Museum Radya Pustaka

13 Juni 2013   22:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Serafica Gischa P / 100903990

Kota Solo merupakan salah satu kota yang memiliki banyak tempat sejarah, selain memiliki Keraton Kausnanan Surakarta juga memiliki Museum-museum seperti Kereta Keraton, Kandang Kerbau Bule Kyai Slamet dan yang lainnya dengan tatanan kota yang apik dan menarik. Ketika saya melintas Jalan Slamet Riyadi terlihat bangunan yang agak menjorok terletak di dekat Taman Sriwedari, bertuliskan Museum Radya Pustaka.

Saya pun membelokkan kemudi dan masuk ke halamannya. Radya Pustaka adalah museum tertua di Indonesia. Dibangun pada 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosroningrat IV, pepatih dalem pada masa pemerintahan Pakoe Boewono IX dan Pakoe Boewono X. Museum Radya Pustaka juga memiliki perpustakaan yang menyimpan buku-buku budaya dan pengetahuan sejarah, seni dan tradisi serta kesusastraan baik dalam bahasa Jawa Kuno maupun Bahasa Belanda.

Hanya dengan tiket yang dapat terjangkau sebesar Rp 5.000, 00 kita dapat menikmati koleksi benda-benda bersejarah yang memiliki nilai seni yang tinggi. Terdapat beberapa arca batu dan perunggu dari zaman Hindhu dan Budha. Koleksi keris kuno dan berbagai senjata tradisional, seperangkat gamelan, wayang kulit dan wayang beber, koleksi keramik dan berbagai barang seni lainnya.

Satu lagi yang menarik perhatian saya ketika melewati lorong utama terdapat sebuah pintu kaca yang didalamnya terdapat lemari yang mengelilingi tembok dan meja panjang di tengahnya. Ruangan tersebut adalah perpustakaan kecil yang menyimpan banyak sekali surat-surat mulai dari bahasa Sansekerta, Huruf Jawa, dan surat-surat dari negara lain. Namun sayang, semua hal tersebut tidak dapat diabadikan, meskipun dengan satu jepretan saja.

Didalam Museum Radya Pustaka juga terdapat beberapa koleksi buku yang kebanyakan berbahasa Belanda. Keterangan yang tertera didalamnya adalah buku-buku tersebut merupakan buku filsafat dan ilmu yang dikoleksi oleh Sultan Pakoe Boewono untuk belajar.

Ketika memasuki ruangan tengah dari museum tersebut, dari sebelah kiri terdapat satu ruangan khusus yang tidak boleh dimasuki. Ruangan tersebut merupakan tatanan ruang kerja Sultan serta kursi-kursi yang di tata rapi untuk menerima tamu kehormatan dari Keraton.

Disisi kanan terdapat kepala besar, seperti kepala reog namun besar. Kepala tersebut dan beberapa benda yang lain merupakan hiasan kapal dari Jawa yang memiliki jiwa. Pada saat dulu ketika kapal itu berlayar, kapal tersebut tidak pernah membawa bencana, sehingga hingga sekarang benda tersebut menjadi benda yang dikeramatkan.

Ditengah ruangan terdpaat sebuah panggung yang tidak telalu tinggi. Diatasnya tertata rapi seperangkat alat gamelan berikut dengan beberapa wayang yang berada di sana. Gamelan tersebut di tata sesuai dengan pagelaran Wayang Kulit pada umumnya. Semua benda disana rata-rata memang tidak boleh dipegang karena takut akan rusak atau ada yang luka.

Setelah menikmati beberapa koleksi wayang dan beberapa lemari pakaian dan kerja pada jaman kerajaan, di ruangan terakhir terdapat beberapa arca dari jaman Hindu dan Budha. Namun sayang arca-arca tersebut sepertinya tidak di tata dengan rapi. Tersapat beberapa arca yang dengan asal ditaruh sehingga saya sebagai pengunjung tidak mengerti apa maksud dari arca tersebut.

Setelah asyik mengabadikan beberapa hal yang diperbolehkan, saya menyempatkan diri untuk berbincang dengan salah satu pengunjung yang kebetulan hanya saya dan dia yang berada di dalam saat itu. Kakak itu bernama Ambar, asal dari Jakarta. Kedatangannya ke kota Solo adalah untuk menikmati beberapak kawasan Solo yang memiliki cerita sejarah.

Namun, Ambar juga menyayangkan ketidakperhatian pemerintah terlebih pengurus Museum Radya Pustaka. Sebenarnya benda-benda yang ada didalam sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat khususnya orang Jawa. Agar mereka tahu bahwa Indonesia sudah sejak dulu mengenal tulisan. Namun karena ketidakperhatian in yang membuat museum ini hanya sebagai pelengkap kota.

Dari kegiatan wisata dan berbincang dengan salah satu pecinta sejarah tersebut saya menjadi lebih memiliki rasa cinta pada tanah air Indonesia dan sejarah. Indonesia sebenarnya negara yang kuat, negara yang pintar, bahkan negara yang hebat. Namun, orang-orang yang merasa hebat diatas sana tidak pernah memiliki Indonesia yang sebenarnya karena melupakan sejarah, bahkan tempat sejarah yang kecil sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun