Mohon tunggu...
Cia Renhoran
Cia Renhoran Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis

Muslimah timur yang memiliki kesadaran ruang dan waktu untuk bangun dan berpikir guna memberikan kontribusi, berjuang dibalik tinta emas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan

27 Agustus 2022   17:18 Diperbarui: 27 Agustus 2022   17:26 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi manusia adalah hal yang paling membingungkan dalam semesta ini,  kita dipaksa mengikuti arus hidup yang tampak menjengkelkan dan tidak ada pilihan untuk berhenti karena perhentian abadi itu ilusi, semua punya fase dalam hidup dengan cerita drama yang berbeda, tentang masa lalu yang selalu memanggil untuk kembali dengan bayang-bayang tangis yang tersisa dan belum kering hingga saat ini, masa lalu memaksa untuk  mengulang kesakitan yang masih basah, saya harus apa? jiwa ini memberontak dan capek, hingga yang terjadi detik ini hanya penerimaan diri dan berdamai dengan semua hal yang membuat jiwa lebih kuat dan kokoh untuk menerjang badai kehidupan berikutnya.

Hari ini adalah permulaan dari sejarah, seperti yang terjadi kemarin saya punya hak untuk memilih kebahagiaan saya tanpa menjadi boneka kebahagiaan orang lain, tanpa harus memenuhi ekspektasi berbagai kepala dan kemauan tentang saya, beraneka ragam manusia dalam hidup menginginkan saya menjadi seperti yang mereka mau tapi, saya bahkan keliru dan tabu dengan diri saya sendiri, sekali lagi mohon maaf dan gantungkan ekspektasi itu untuk orang lain. jika yang tampak didepan adalah seorang manusia kuat yang bisa membuat lelucon mengocok perut maka dibelakang semua itu hanya ada bayang, yang mampu mengeluarkan air mata embun dari awan yang mendung.

Menjadi dewasa kata mereka adalah pilihan, namun selalu ada pertanyaan mengapa kita tidak bisa menghentikan setiap sayap yang patah, setiap bunga yang mekar, setiap hujan yang turun, setiap senja yang menghitam, setiap kata yang menjadi kalimat. Tidak ada pilihan sebab dewasa adalah harga mahal yang dibayar dengan pundak  bergetar, tangis yang tertahan dalam diam, pasrah diantara titik jenuh, kita tidak memilih tapi dipilih  melewati setiap skenario yang terjadi, menjadi kuat adalah tekanan yang menginjak hingga ketanah sampai rata, melebur segala emosi, mengakar kuat dan tumbuh. Saya menyebut itu pilihan, sebab saya memilih menjadi akar yang kuat kemudian tumbuh dan mekar, saya tidak ingin melayu sebelum melewati setiap musim yang berbeda dan jika suatu hari nanti bagian diri ini melayu maka saya memilih berguguran seperti daun dimusim semi, menguning dan menyuburkan tanah. 

Jika ada harapan yang tersisa, hari ini saya ingin menjadi lebih baik dari sejarah kemarin dan menabung kebahagiaan untuk esok hari, jika kemarin sakit maka itu fase terbaik dalam hal berjuang, jika hari ini masih perih maka ini fase terbaik dalam bertahan, dan jika besok bahagia maka tidak ada kata selain TERIMA KASIH karena telah berjuang dan bertahan dengan hidup yang kadang tidak baik-baik saja.

Kenapa saya? karena saya kuat lebih dari  yang saya ketahui, seseorang tidak akan mampu melihat senja di sore hari menuju malam jika dia tidak bernafas setiap hari, berusaha untuk hidup tanpa mengakhiri, harapan hanya sejauh doa yang melayang dilangit diantara gravitasi yang  memaksa untuk turun ke bumi. Harapan yang membuat cacing dalam tanah yang gelap untuk tetap bergerak mencari makan, walaupun dia sadar bahwa kegelapan itu menutup penglihatan tapi apa boleh buat? bergerak dan tidak diam adalah langkah menuju HARAPAN.

 Untuk Allah SWT Tuhan saya, yang telah memilih saya untuk menjadi pemenang dan melewati setiap fase kehidupan ini, saya ingin mengatakan bahwa saya mencintai-MU, saya ingin tetap kuat memegang prinsip yang Engkau wajibkan kepada saya dengan aturan yang sempurna dan meyempurnakan kekurangan saya, kadang saya lupa dan sedikit liar untuk memahami segala hal yang Engkau ajari lewat tangisan dan senyuman, lewat manusia yang datang dan pergi, lewat semesta yang terlalu besar untuk segumpal darah manusia hina seperti saya. Wahai Tuhan saya, jika suatu saat nanti saya bertambah liar dan lari pergi dari-MU berjanjilah untuk tetap memberikan sinyal yang takkan pernah remang apalagi redup. Tetap tunjukan bahwa Engkau bangga menciptakan saya sebagai manusia dan pemimpin atas jiwa saya hingga suatu hari nanti saya mati dan bangkit untuk bertemu dengan-MU membawa kitab pertanggung jawaban atas semua perjanjian saya dan pilihan atas setiap fase yang telah saya lewati. Aamiin Ya Robbal Alamiinn..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun