Mohon tunggu...
Chita Wijono
Chita Wijono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rinduku Terpisah Jarak dan Waktu

5 November 2022   09:30 Diperbarui: 5 November 2022   09:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Kau akan tahu betapa pentingnya seorang ibu dalam kehidupanmu setelah engkau kehilangannya" Itulah yang terjadi pada saya saat ini. Ibu telah meninggalkan kami bulan februari tahun 2021 yang lalu dan kau tahu, kehilangan beliau merupakan bentuk rasa sakit yang luar biasa. Bayangkan saja, seseorang yang selama ini menjadi tumpuan harapanmu disaat sedih, seseorang yang terbiasa mendengar cerita-ceritamu, seseorang yang senantiasa memberikan nasehat terbaiknya untukmu, seseorang yang selalu menuntunmu disaat kamu kehilangan arah, seseorang yang siap mengantarkanmu untuk mandiri, seseorang yang mengajarkan pelajaran kehidupan padamu, seseorang yang selalu mendukung setiap usahamu untuk mandiri dan seseorang yang setia menemani kehidupanmu selama 42 tahun dan beliau meninggalkanmu tanpa kamu bisa mendampinginya, tanpa kamu bisa memeluknya di saat-saat terakhirnya. 

Firasat akan kehilangan beliau sebenarnya sudah sangat nyata. Tetapi saya menolak firasat itu, saya tidak mau menyambungkan antara hati kecil dan fikiran saya. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa ibu saya pasti sembuh, tetapi hati kecil saya ragu, terutama setelah mengetahui keadaan ibu saya tidak semakin membaik. 

Satu minggu sebelum ibu berpulang, setiap malam antara sadar dan tidak sepertinya dirumah ibu banyak orang berdatangan dan suasananya waktu itu menggambarkan kalau ibu telah meninggal. Ketika saya tersadar, saya berusaha menolak firasat itu. 

Tetapi memang rencana Allah adalah sebuah ketetapan. Allah tahu yang terbaik untuk ibu. Hanya yang saya sesalkan adalah saya tidak bisa mendampingi disaat sakaratul maut beliau, karena covid 19 mengharuskan saya untuk isolasi mandiri dan di saat hari terakhir saya isolasi mandiri, disaat itulah ibu saya meninggal. 

Sudah 1 tahun 9 bulan beliau pergi dan bulan Januari 2023 nanti tepat 2 tahun ibu meninggalkan kami. Bagi saya, ibu adalah segala-galanya. Perjuangan membesarkan saya dan kedua adik saya tanpa didampingi suami menjadikan ibu menjadi seorang perempuan yang sangat luar biasa. Ayah saya meninggal pada saat saya SMP kelas 1, kira-kira usia saya saat itu masih 13 tahun sedangkan kedua adik saya masih berusia 12 tahun dan 9 tahun. Di usia muda ibu sudah menjadi janda, dengan tiga anak yang masih kecil-kecil ibu berupaya supaya anak-anaknya bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap hidupnya. Di tengah keterbatasan, ibu juga berhasil mengantarkan kami semua lulus kuliah. Ibu tidak mau menikah lagi, beliau bilang kasihan pada ayah karena meskipun ayah sudah meninggal tetapi ayah masih tetap memberikan nafkah pada ibu melalui pensiunnya, selain itu ibu juga bilang kalau beliau ingin bertemu ayah di surga.

Hampir setiap hari saya merindukan ibu, tetapi hari ini rindu itu begitu luar biasa dan teramat sangat dan bila rasa rindu itu hadir, saya selalu tidak dapat menahannya. Hanya air mata dan doa untuk beliau yang bisa saya kirimkan untuk almarhum ibu dan ayah. Sungguh, tidak punya orang tua itu tidak enak, berbahagialah bagi kalian yang masih mempunyai orang tua. Sayangi keduanya, muliakanlah keduanya karena selamanya kita akan membutuhkan doa dari keduanya. Saya sudah mengalami betapa dahsyatnya doa kedua orang tua saya. Bahkan di akhir hidupnya ibu saya masih mendoakan supaya saya bisa lolos mengikuti PPPK guru setelah 16 tahun saya mengabdikan diri menjadi guru honorer di salah satu SMA negeri di Malang dan doa itu diijabah Allah setelah ibu saya meninggal 😭. Menyesal sekali karena belum bisa membahagiakan beliau berdua. Hal yang menurut kita buruk, tetapi karena berbaik sangka pada Allah dan yakin bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik, maka hati ini menjadi tenang. 

Ada atau tidak ada orang tua, hidup harus terus berjalan. Dengan mengharap ridho dari Allah, kita pasti bisa melewati tantangan hidup. Berusaha dan berdoa adalah salah satu senjata ibu disaat beliau membutuhkan dukungan.

Kini, hanya doa-doa yang bisa saya panjatkan untuk kedua orang tua saya, semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Allahumaghfirlahaa warhamhaa wa'afihaa wafu'anhaa Al Fatihah. Aamiin 🤲

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun